17 Jun 2012

pedoman umum ejaan yg di sempurnakan

BAHASA INDONESIA 8/5/2012

//////////
//WACANA//
//////////

Wacana ialah kesatuan bahasa yang terbesar dan terlengkap yang terdiri dari beberapa paragraf.

Jenis-jenis wacana berdasarkan teknik pemaparannya:
1. Deskriptif: Wacana yang pemaparannya berdasarkan data dari lapangan secara apa adanya (lugas).
   contoh: berita, pengumuman, pernyataan, dll.
2. Ekspositoris: deskriptif + mengekspos unsur-unsur yang penting.
   contoh: berita, iklan, brosur, dll.
3. Argumentatif: ekpositoris + argumentasi yang meyakinkan.
   contoh: skripsi
4. Persuasif: argumentatif + provokasi
5. Naratif: wacana yang pemaparannya berdasarkan data imajinatif.


Tujuan Kuliah bahasa indoensia
------------------------------
1.meningkatkan apresiasi bahasa indonesia, artinya memberi   kesadaran kepada mahasiswa untuk meningkatkan membina dan   mengembangkan  bahasa Indonesia sesuai dengan disiplin ilmu yang   diminati, berdasarkan UUD 1945 dan sumpah pemuda 28 oktober 1928.

2.meningkatkan kualitas berbahasa indonesia secara ilmiah yang meliputi  bidang :
membaca,     -> aktifitas membaca supaya mendapat ilmu
mendengarkan,     ->
menulis,     ->
berbicara.     ->


Kualitas- Kecepatan -> 1 menit 1 lembar
    - Pemahaman
    - Stamina
    - Ingatan



RAGAM BAHASA KOMPUTER : ragam Bahasa Indonesia yang digunakan sebagai sarana komunikasi dan pengembangan di bidang komputer.
Contoh : - Online =terpusat
     - Daring =
     - Digital=




SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

MOMENTUM PENTING
Sumpah pemuda 28 oktober 1928            -> berkedudukan sebagai bahasa nasional/persatuan
Soekarno, syahrir,                                           Fungsinya :
-          Sebagai pemersatu bangsa
-           

Kemerdekaan, 17 agustus 1945
-          UUD 1945, Bab XV, Pasal 36 ->    Bahasa sebagai Bahasa negara
                                                                                Fungsinya :
-          Sebagai bahasa resmi kenegaraan
-          .
-          .
-          Ejaan
-       Ejaan Van of
-       Ejaan Soewantri
-       Ejaan Malindo
-       Ejaan yang disempurnakan

-          Kajian Ilmiah
-       Kajian Bahasa Indonesia di perguruan tinggi – Seminar Simposium, Lokakarya dll.
-       Bulan Bahasa
-       Kongres Bahasa Indonesia
-           

Huruf latin
Huruf arab
Huruf Cina
Huruf Jawa
Huruf Sansakerta



Paragrah

paragraf adalah kesatuan bahasa yang terdiri dari beberapa kalimat untuk menyampaikan suatu persoalan

syarat paragraf baik/efektif
1. kalimat efektif
2. kesatuan paragraf artinya semua kalimat berkaitan dengan topik paragraf    paragraf yang disampaikan

3. kepaduan paragraf - artinya semuna kalimatnya tersusun padu, rapih, serasi,    sistematis, dan logis sehingga mampu menyampaikan persoalan yang disampaikan.


contoh :
    Mahasiswa STMIK Bidakara mengadakan penelitian pemakaian jaringan internet di wilayah jakarta selatan. kegiatan tersebut mendapat dukungan dan bantuan dana dari Pemda DKI. Selanjutnya Pemda DKI mengungkapkan hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijaksanaan pengembangan jaringan internet. Dilain kesempatan, mahasiswa FTKI Unas mengadakan penelitian fungsi dan manfaat jaringan internet.


pertanyaan
----------
apakah paragraf di atas efektif ? beri alasan yang tepat ! 




Ejaan
Ejaan : kaidah yang mengukur pembaca huruf, kata, dan tanda baca secara baku.
Huruf : h.besar, h.kecil, h.miring, h.tebal, dll.
Kata  : k. Asal, k.jadian, k. Serapan, dll
Tanda baca:  t. Titik(.), t.tanya (?),  t.seru (!), dll.

Kata serapan adalah kata dari bahasa daerah atau bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa indonesia

Kaidah kata serapan :
Ditulis dan dilapalkan sesuai dengan kata aslinya
Contoh :
·         Amburadul (sunda) -> berantakan
·         Goal (inggris) -> berhasil

Ditulis sesuai kaidah bahasa indonesia, dilafalkan sesuai dengan aslinya
Contoh
·         Active (inggris)            - aktif (indonesia)
·         Paragraph (latin)        - paragraf (Indonesia)
ditulis dan diterapkan dengan aslinyadilafalkan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
·         Bank (Inggris) – Bank (Indonesia)

Ditulis dan dilafalkan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
·         Biology (latin) - Biologi (Indonesia)



Kalimat bahasa Indonesia
Kalimat adalah kesatuan bahasa yang terdiri atas kata, frase, atau klausa untuk menyampaikan suatu persoalan. Minimal terdiri atas subjek (S), dan predikat (P), lengkapnya terdiri atas subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K).
Kata     = kesatuan bahasa yang terkecil yang bermakna
Frase = kesatuan bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih dalam kalimat yang  memungkinkan berkedudukan sebagai subjek, predikat, objek, dan keterangan
Klausa =  kesatuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih dalam kalimat yang memiliki unsur subjek dan predikat
Subjek =  pokok persoalan dalam kalimat
Predikat = bagian kalimat yang menerangkan identitas, aktifitas, dan keadaan subjek.
Objek =  bagian kalimat yang menjadi tujuan subjek
Keterangan = bagian kalimat yang menerangkan waktu, jumlah, tempat, kualitas, atau keadaan subjek, predikat atau objek.

Kalimat Efektif
Kalimat efektif yaitu kalimat yang mampu menyampaikan pesan kepada pembaca dan pendengar secara tepat seperti apa yang disampaikan oleh penulis atau pembicaranya dengan ciri-ciri paralel (keparalelan), padu (kepaduan), sepadan (kesepadanan), hemat (kehematan), cermat (kecermatan), tegas ketegasan, logis (kelogisan).

contoh
1.      Iabekerja
 S         P
2.      Kemarin siang, mereka berlima serius belajar power point 2007-2010 di


 Karya ilmiah

karya ilmiah adalah hasil karya ilmiah yang proses  pembuatannya di awali dengan penelitian lapangan atau penelitian kepustakaan atas data objeknya, selanjutnya  diklasifikasikan, dianalisis, dievaluasi dan di simpulkan secara ilmiah.

a.Jenis-jenis karya ilmiah berdasarkan jenjang pendidikan di perguruan tinggi
1. Skripsi - S1 - Sarjana
   Karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa
   sebagai Syarat akhir untuk memperoleh gelar
2. Tesis - s2 - master
   Syarat akhir untuk memperoleh gelar
3. Disertasi - S3 - Doktor
   Syarat akhir untuk memperoleh gelar

4. Paper, makalah, artikel buku ilmiah, majalah ilmiah - Umum
   S1, S2, S3 Pakar
   a. Tugas Kuliah
   b. Lomba
   c. Presentasi
   d. Penerbit
   e. Media Masa
   f. dll


B. Hal penting dalam karya ilmiah

1. data : asli, bermanfaat, populer, fenomenal
2. Bahasa : efektif.
3. Teori : Kredibel (berkualitas, dapat dipertanggungjawabkan)
4. Teknik : menyesuaikan dengan konteksnya.


Hal teknis dalam penulisan karya ilmiah

1. Kutipan  : mengambil tulisan orang lain
  
   a. Manfaat : dasar teori, objek analisis(data)

   b. Alasan : memperkuat analisis yang objektif


2. Rujukan : teknis penulisan kutipan
   a. Catatan Kaki (foot note):


   b. Catatan Pustaka





3. Daftar Pustaka : sumber kutipan
   a. Buku

   b. Artikel

   c. Wawancara


     PEDOMAN UMUM
 

EJAAN BAHASA INDONESIA

  YANG DISEMPURNAKAN
Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia
         Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan Nasional

             2000


KATA PENGANTAR CETAKAN KETIGA
       Buku   Pedoman   Umum   Bahasa   Indonesia   yang   Disempurnakan    (Khusus   Bahan
Penyuluhan) cetakan I dan II telah habis dibagikan kepada para peserta kegiatan Pemasyarakatan
Bahasa  Indonesia  di  berbagai  instansi  di  Indonesia.  Oleh  karena  itu,  buku  ini  dicetak  ulang
dengan penerbitan kesalahan cetak yang terdapat pada cetakan sebelumnya.

       Mudah-mudahan  buku  ini  bermanfaat  bagi  pembinaan  dan  pengembangan  bahasa  dan
sastra Indonesia serta bagi masyarakat luas.
Jakarta, 1 Agustus 2000
        Hasan Alwi

Kepala Pusat Bahasa


                               KEPUTUSAN

              MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

                          REPUBLIK INDONESIA

                              No. 054a/U/1987

                                  Tentang

Penyempurnaan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan"
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Membaca
:Surat    Kepala    Pembinaan    dan    Pengembangan    Bahasa    Departemen
 Pendidikan     dan     Kebudayaan     tanggal     6     Desembar     1986     No.
              5965/F8/U1.7/86.

Menimbang    : a. bahwa dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal
                27    Agustus    1975    No.    0196/U/1975    telah    ditetapkan    peresmian
                berlakunya     "Pedoman     Umum     Ejaan     Bahasa     Indonesia     yang
Mengingat
   Disempurnakan" dan "Pedoman Umum Pembentukan Istilah";

 b.bahwa  sesungguhnya  bahasa  itu  senantiasa  berubah  dan  berkembang
   sesuai dengan kehiduoan masyarakat;

 c.  bahwa sesungguhnya  dengan  hal tersebut pada  sub  a dan  b,  dipndang
   perlu   menetapkan   penyempurnaan   "Pedoman   Umum   Ejaan   Bahasa
   Indonesia yang Disempurnakan'.

: 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia:

   a.    Nomor 44 Tahun 1974;

   b.   Nomor 52 Tahun 1975;


  c.    Nomor 45/M Tahun 1983;

  d.   Nomor    15   Tahun    1984    sebagaimana    telah    diubah/ditambah
     terakhir   dengan   keputusan  Presiden   Republik   Indonesia  No.  4
     Tahun 1987;

  e.    Nomor 138/M Tahun 1985;

2.  Keputusan  Menteri  Pendidikan  dan  Kebudayaan  tanggal  27  Agustus
   1975 No. 0196/U/1975.
MEMUTUSKAN
Menetapkan  :
Pertama
Kedua
Ketiga
 :  Menyempurnakan    'Pedoman    Umum    Ejaan    Bahasa    Indonesia    yang
  Disempurnakan"  sebagaimana  tercantum  dalam  Lampiran  I  Keputusan
  Menteri    Pendidikan    dan    Kebudayaan    tanggal    27    Agustus    1975
  No.0196/U/1975    menjadi    sebagaimana    tercantum    dalam    Lampiran
  Keputusan ini.

:  Hal-hal  yang  belum  diatur  dalam  Keputusan  ini  akan  diatur  lebih  lanjut
  dalam ketentuan tersendiri.

: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
              Ditetapkan di Jakarta

           Tanggal 9 September 1987

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Fuad Hasan


PRAKATA
       Sejak  peraturan  ejaan  bahasa  Melayu  dengan  huruf  Latin  ditetapkan  pada  tahun  1901
berdasarkan  rancangan  Ch.  A.  van  Ophuysen  dengan  bantuan  Engku  Nawawi  gelar  Soetan
Ma'moer  dan  Moehammad  Taib  Soetan  Ibrahim,  penyempurnaannya  berkali-kali  diusahakan.
Pada  tahun  1938,  selama  Kongres  Bahasa  Indonesia  yang  pertama  kali  di  Solo,  misalnya
disarankan agar ejaan Indonesia lebih banyak diinternasionalkan.

       Pada tahun 1947 Soewandi, Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan pada masa
itu,  menetapkan  dalam  surat  keputusannya  tanggal  19  Maret  1947,  No.  264/Bhg.  A  bahwa
perubahan  ejaan  bahasa  Indonesia  dengan  maksud  membuat  ejaan  yang  berlaku  menjadi  lebih
sederhana.  Ejaan  baru  itu  oleh  masyarakat  diberi  julukan  Ejaan  Republik.  Beberapa  usul  yang
diajukan  oleh  panitia  menteri  itu  belum  dapat  diterima  karena  masih  harus  dirinjau  lebih  jauh
lagi.  Namun,  sebagai  langkah  utama  dalam  usaha  penyederhanaan  dan  penyelarasan  ejaan
dengan perkembagan bahasa, keputusan Soewandi pada masa pergolakan revolusi itu mendapat
sambutan baik.

       Kongres   Bahasa   Indonesia   Kedua,   yang   diprakarsai   Menteri   Moehammad   Yamin,
diselenggarakan  di Medan pada  tahun 1954. Masalah  ejaan timbul lagi sebagai salah  satu  mata
pertemuan  itu.  kongres  itu  mengambil  keputusan  supaya  ada  badan  yang  menyusun  peratura
ejaan yang praktis bagi bahasa Indonesia. Panitia yang dimaksud (Priyono-Katoppo, Ketua) yang
dibentuk  oleh  Menteri  Pengajaran,  Pendidikan  dan  Kebudayaan  dengan  surat  keputusannya
tanggal 19 Juli 1956, No. 44876/S, berhasil merumuskan patokan-patokan baru pada tahun 1957
setelah bekerja selama setahun.

       Tindak lanjut perjanjian persahabatan antara Republik Indonesia dan Persekutuan Tanah
Melayu pada tahun 1959, antara lain berupa usaha mempersamakan ejaan bahasa kedua Negara
ini.  Maka pada  akhir tahun  1959 sidang perutusan  Indonesia  dan Melayu  (Slametmuljana-Syed
Nasir  bin  Ismail,  Ketua)  menghasilkan  konsep  ejaan  bersama  yang  kemudian  dikenal  dengan
nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya
megurungkan peresmiannya.


       Sesuai  dengan  laju  pengembangan  nasional,  Lembaga  Bahasa  dan  Kesusastraan  yang
pada  tahun  1968  menjadi  Lembaga  Bahasa  Nasional,  dan  akhirnya  pada  tahun  1975  menjadi
Pusat Pembinaan  dan Pengembangan  Bahasa, menyusun  program pembakuan  bahasa Indonesia
secara   menyeluruh.   Di   dalam   hubungan   ini,   panitia   Ejaan   Bahasa   Indonesia   Departemen
Pendidikan  dan  Kebudayaan  (A.M.  Moeliono,  ketua)  yang  disahkan  oleh  Menteri  Pendidikan
dan Kebudayaan, Sarino Mangunpranoto, sejak tahun 1966 dalam surat keputusannya tanggal 19
September    1967,    No.    062/1967,    menyusun    konsep    yang    merangkum    segala    usaha
penyempurnaan  yang  terdahulu.  Konsep  itu  ditanggapi  dan  dikaji  leh  kalangan  luas  di  seluruh
tanah air selama beberapa tahun.

       Atas  permintaan  ketua  Gabungan  V  Komando  Operasi  Tertinggi  (KOTI),  rancangan
peraturan  ejaan  tersebut dipakai  sebagai bahan  oleh tim Ahli Bahasa KOTI yang  dibentuk  oleh
ketua Gabungan V KOTI dengan surat Keputusannya tanggal 21 Februari 1967, No. 011/G-5/II/
1967 (S.W. Rujianti Mulyadi, Ketua) dalam pembicaraan mengenai ejaan dengan pihak Malaysia
di Jakarta pada tahun 1966 dan di Kuala Lumpur pada tahun 1967.

       Dalam  Komite  Bersama  yang  dikeluarkan  oleh  Menteri  Pendidikan  dan  Kebudayaan
Indonesia,  Mashuri,  dan  Menteri  Pelajaran  Malaysia,  Hussen  Onn,  pada  tahun  1972  rancangan
tersebut  disetujui  untuk  dijadikan  bahan  dalam  usaha  bersama  di  dalam  pengembangan  bahasa
nasional kedua negara.

       Setelah rancangan itu akhirnya dilengkapi di dalam Seminar Bahasa Indonesia di Puncak
pada tahu 1972, dan diperkenalkan secara luas oleh sebuah panitia antardepartemen  (Ida Bagus
Mantra, Ketua dan Lukman Ali, Ketua Kelompok Teknis Bahasa) yang ditetapkan dengan surat
keputusan Menteri pendidikan dan Kebudayaan tanggal 20 Mei 1972, No. 03/A.I/72, maka pada
hari   Proklamasi   Kemerdekaan   tahun   itu   juga   diresmikanlah   aturan   ejaan   yang   baru   itu
berdasarkan keputusan Presiden No. 57, tahun 1972, dengan nama  Ejaan yang  Disempurnakan.
Departemen  Pendidikan  dan  Kebudayaan  menyebar  buku  kecil  yang  berjudul  Pedoman  Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.

       Karena   penuntun   itu   perlu   dilengkapi,   Panitia   Pengembangan   Bahasa   Indonesia,
Departemen   Pendidikan   dan   Kebudayaan   yang   dibentuk   oleh   Menteri   Pendidikan   dan
Kebudayaan  dengan  surat  keputusannya  tanggal  12  Oktober  1972,  No.  156/P/1972  (Amran


Halim, Ketua), menyusun  buku Pedoman Umum ini yang  berupa pemaparan kaidah ejaan yang
lebih luas.

       Penyusunan  Pedoman  Umum  Ejaan  Bahasa  Indonesia  yang  Disempurnakan  ini  telah
dimungkinkan  oleh  tersedianya  biaya  Pelita  II  yang  disalurkan  melalui  Proyek  Pengembangan
Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (S.W. Rujiati
Mulyadi,  Ketua).  Pencetakan  Pedoman  Umum  ini  dilaksanakan  oleh  Proyek  Penulisan  dan
Penerbitan Buku/Majalah Pengetahuan dan Profesi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

       Kepada     segenap     instansi,     kalangan     masyarakat,     dan    perorangan     yang     telah
memungkinkan tersusunnya Pedoman Umum ini disampaikan penghargaan dan terima kasih.
Jakarta, Agustus 1975
Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia

Pusat Pembinaan dan Pengembagan Bahasa

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


I.
PEMAKAIAN HURUF
A.  Huruf Abjad

Abjad  yang  digunakan  dalam  ejaan  bahasa  Indonesia  terdiri  atas  huruf  yang  berikut.  Nama
huruf disertakan di sebelahnya.
Huruf
Nama
Huruf
Nama
Huruf
Nama
A
B
C
D
E
F
G
H
I
a    a
b    be
c     ce
d    de
e     e
f    ef
g    ge
h    ha
i     i
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
 j    Je
 k    ka
 l    el
m    em
n
o
p
q
r
en
o
pe
ki
er
S
T
U
V
W
X
Y
Z
s
t
u
v
es
te
u
ve
w    we
x
y
z
eks
ye
zet
B.   Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o,dan  u.
huruf
vokal

a

e
contoh pemakaian dalam kata
di awal    di tengah
api

enak

emas

itu

oleh
padi

petak

kena

simpan

kota
di akhir
lusa

sore

tipe

murni

radio
i

o


ibu
u
ulang
bumi
*  Dalam  pengajaran  lafal  kata,  dapat  digunakan  tanda  aksen  jika  ejaan  kata  menimbulkan
   keraguan.

Misalnya: Anak-anak bermain di teras (téras).

                Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah.

                Kami menonoton film seri (séri).

                Pertandingan iru berakhir seri.
C.  Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d,
f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
* Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah.

** Khusus untuk nama dan keperluan ilmu.


D.  Huruf diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
E.   Gabungan Huruf Konsonan

Di  dalam  bahasa  Indonesia  terdapat  empat  gabungan  huruf  yang  melambangkan  konsonan,
yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
F.   Pemenggalan Kata

1.   Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.


a.    Jika   di   tengah   kata   ada   vokal   yang   berurutan,   pemenggalan   itu
   dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya:

       au-la

       sau-dara

       am-boi bukan
bukan

bukan
       a-u-la

       sa-u-da-ra

am-bo-i
                 b.   Jika  di  tengah  kata  ada  huruf  konsonan,  termasuk  gabungan  huruf
                     konsonan,  di  antara  dua  buah  huruf  vokal,  pemenggalan  dilakukan
                     sebelum huruf konsonan.

       Misalnya:

              ba-pak, ba-rang,  su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir

                 c.    Jikan di tengah ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan
                     dilakukan   di   antara   kedua   huruf   konsonan   itu.   gabungan   huruf
                     konsonan tidak pernah diceraikan.

       Misalnya:

              man-di, som-bong, swas-ta, ca-plok Ap-ril, bang-sa, makh-luk

                 d.   Jika   di   tengah   kata   ada   tiga   buah   huruf   konsonan   atau   lebih,
                     pemenggalan  dilakukan  di  antara  huruf  konsonan  yang  pertama  dan
                     huruf konsonan yang kedua.

       Misalnya:

              in-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok ikh-las

2.   Imbuhan   akhiran   dan  imbuhan   aalan,   termasuk   awalan   yang   mengalami   perubahan
   bentuk   serta   partikel   yang   biasanya   ditulis   serangkai   dengan   kata   dasarnya,   dapat
   dipenggal  pada pergantian baris.


Misalnya:

       makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah
   Catatan:

   a.    Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.

   b.   Akhiran  -i  tidak  dipenggal.  (Lihat  juga  keterangan  tentang  tanda  hubung,  Bab  V,
       Pasal E, Ayat 1.)

   c.    Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut.

       Misalnya: te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi

3.   Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung
   dengan  unsur  lain,  pemenggalan  dapat  dilakukan  (1)  di  antara  unsur-unsur  itu  atau  (2)
   pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c dan 1d di atas.

   Misalnya:

          Bio-grafi, bi-o-gra-fi

          Foto-grafi, fo-to-gra-fi

          Intro-speksi, in-tro-spek-si

          Kilo-gram, ki-lo-gram

          Pasca-panen, pas-ca-pa-nen
Keterangan:

       Nama  orang,  badan  hukum,  dan  nama  dari  yang  lain  disesuaikan  dengan  Ejaan
       Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan khusus.


II.
PEMAKAIAN HURUF KAPITAL DAN HURUF MIRING
A.  Huruf Kapital atau Huruf Besar

1.   Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai unsur pertama kata pada awal kalimat.

   Misalnya:

        Dia mengantuk.

        Apa maksudnya?


        Kita harus beker keras.

        Pekerjaan itu belum selesai.

2.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

   Misalnya:

        Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"

        Bapak menasihatkan, "Berhati-hatilah, Nak!"

        "Kemarin engkau terlambat," katanya.

        "Besok pagi," kata ibu, "dia akan berangkat".

3.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
   nama Tuhan dan Kitab Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.

   Misalnya:

        Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen.

        Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya

        Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.

4.   Huruf  kapital  dipakai  sebagai  huruf  pertama  nama  gelar  kehormatan,  keturunan,  dan
   keagamaan yang diikuti nama orang.

   Misalnya:

        Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim.

   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti
   nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertetu, nama instansi, atau
   nama tempat.

   Misalnya:


        Dia baru saja diangkat menjadi sultan.

        Tahun ini dia pergi naik haji.

5.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti
   nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau
   nama tempat.

   Misalnya:

        Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo, Laksamana
        Muda   Udara   Husein   Sastranegara,   Sekretaris   Jenderal   Departemen   Pertanian,
        Gubernur Irian Jaya.

   Huruf kapital tidak  dipakai sebagai huruf pertama  nama  jabatan  dan pangkat yang  tidak
   diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.

   Misalnya:

        Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?

        Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.

6.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.

   Misalnya:

          Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim Perdanakusumah.

   Huruf  kapital  tidak  dipakai  sebagai  huruf  pertama  nama  orang  yang  digunakan  sebagai
   nama jenis atau satuan ukuran.

   Misalnya:

          Mesin diesel, 10 volt, 5 ampere

7.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

   Misalnya:


          Bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris

   Huruf  kapital  tidak  dipakai  sebagai  huruf  pertama  nama  bangsa,  suku,  dan  bahasa  yang
   dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.

   Misalnya:

          Mengindonesiakan kata asing

          Keinggris-inggrisan

8.   Huruf  kapital  dipakai  sebagai  huruf  pertama  nama  tahun,  bulan,  hari,  hari  raya,,  dan
   peristiwa sejarah.

   Misalnya:

          tahun  Hijriah,  tarikh  Masehi,  bulan  Agustus,  bulan  Maulid,  hari  Jumat,  hari
          Galungan,  hari  Lebaran,  hari  Natal,  Perang  Candu,  Proklamasi  Kemerdekaan
          Indonesia.

   Huruf  kapital  tidak  dipakai  sebagai  huruf  pertama  peristiwa  sejarah  yang  tidak  dipkai
   sebagai nama.

   Misalnya:

          Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.

          Perlombaan senjata membawa resiko pecahnya perang dunia.

9.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.

   Misalnya:

          Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Cirebon, Danau Toba, Dataran Tinggi
          Dieng,  Gunung  Semeru,  Jalan  Diponegoro,  Jazirah  Arab,  Kali  Brantas,  Lembah
          Baliem, Ngarai Sianok, Pegunungan Jayawijaya, Selat Lombok, Tanjung Harapan,
          Teluk Benggala, Terusan Suez.

   Huruf  kapital  tidak  dipakai  sebagai  huruf  pertama  istilah  geografi  yang  tidak  menjadi


   unsur nama diri.

   Misalnya:

          berlayar ke teluk, mandi di kali, menyeberabangi selat, pergi ke arah tenggara

   Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai
   nama jenis.

   Misalnya:

          garam inggris, gula jawa, kacang bogor, pisang ambon

10. Huruf   kapital   dipakai   sebagai   huruf   pertama   semua   unsur   nama   negara,   lembaga
   pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi,  kecuali kata seperti dan.

   Misalnya:

          Republik  Indonesia;  Majelis  Permusyawaratan  Rakyat;  Departemen  Pendidikan
          dan   Kebudayaan;   Badan   Kesejahteraan   Ibu   dan   Anak;   Keputusan   Presiden
          Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972.

   Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama negara, lembaga
   pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.

   Misalnya:

          Menjadi  sebuah  republik,  beberapa  badan  hukum,  kerja  sama  antara  pemerintah
          dan rakyat, menurut undang-undang yang berlaku.

11. Huruf  kapital  dipakai  sebagai  huruf  pertama  setiap  unsur  bentuk  ulang  sempurna  yang
   terdapat  pada  nama  badan,  lembaga  pemerintah  dan  ketatanegaraan,  serta  dokumen
   resmi.

   Misalnya:

          Perserikatan  Bangsa-Bangsa,  Yayasan  Ilmu-Ilmu  Sosial,  Undang-Undang  Dasar
          Repulik Indonesia, Rancangan Undang-Undang Kepegawaian


12. Huruf  kapital  dipakai  sebagai  huruf  pertama  semua  kata  (termasuk  semua  unsur  kata
   ulang  sempurna)  di dalam nama  buku, majalah,  surat kabar dan  judul karangan,  kecuali
   kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.

   Misalnya:

          Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.

          Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

          Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.

          Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".

13. Huruf  kapital  dipakai  sebagai  huruf  pertama  unsur  singkatan  nama  gelar,  pangkat,  dan
   sapaan.

   Misalnya:
Dr.

M.A.

S.E.

S.H.

S.S.

Prof.

Tn.

Ny.

Sdr.
doctor

master of arts

sarjana ekonomi

sarjana hukum

sarjana sastra

professor

Tuan

Nyonya

saudara
14. Huruf  kapital  dipakai  sebagai  huruf  pertama  penunjuk  hubungan  kekerabatan  seperti
   bapak,   ibu,   saudara,   kakak,   adik,   dan   paman   yang   dipakai   dalam   penyapaan   dan
   pengacuan.


   Misalnya:

          "Kapan Bapak Berangkat?" tanya Harto.

          Adik bertanya, "Itu apa, Bu?"

          Surat Saudara sudah saya terima.

          "Silakan duduk, Dik!" kata Ucok.

          Besok Paman akan datang.

          Mereka pergi ke rumah Pak Camat.

   Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.

   Huruf  capital  tidak  dipakai  sebagai  huruf  pertama  kata  penunjuk  hubungan  kkerabatan
   yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.

   Misalnya:

          Kita semua harus menghormati bapak dan ibu kita.

          Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

   Misalnya:

          Sudahkah Anda tahu?

          Surat Anda telah kami terima.
B.   Huruf Miring

1.   Huruf  miring  dalam  cetakan  dipakai  untuk  menuliskan  nama  buku,  majalah  dan  surat
   kabar yang dikutip dalam tulisan.

   Misalnya:


          majalah  Bahasa  dan  Sastra,  buku  Negarakertagama  karangan  Prapanca,  surat
          kabar Suara Rakyat.

2.   Huruf  miring  dalam  cetakan  dipakai  untuk  menegaskan  atau  mengkhususkan  huruf,
   bagian kata, kata, atau kelompok kata.

   Misalnya:

          Huruf pertama kata abad adalah a.

          Dia buka menipu, tetapi ditipu.

          Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.

          Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.

3.   Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing,
   kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

   Misalnya:

          Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostama.

          Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.

          Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi 'pandangan dunia'

   Tetapi:

          Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.


III.
PENULISAN KATA
A.  Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Misalnya:


Ibu percaya bahwa engkau tahu.

Kantor pajak penuh sesak.

Buku itu sangat tebal.
B.   Kata Turunan

1.   Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

   Misalnya:

          bergetar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan.

2.   Jika  bentuk  dasar  berupa  gabungan  kata,  awalan  atau  akhiran  ditulis  serangkai  dengan
   kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tentang tanda
   hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)

   Misalnya:

          bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan.

3.   Jika  bentuk  dasar  yang  berupa  gabungan  kata  mendapat  awalan  dan  akhiran  sekaligus,
   unsure gabungan kata itu ditulus serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung,
   Bab V, Pasal E, Ayat 5.)

   Misalnya:

          menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburan

4.   Jika  salah  satu  unsur  gabungan  kata  hanya  dipakai  dalam  kombinasi,  gabungan  kata  itu
   ditulis serangkai.

   Misalnya:

          adipati,  aerodinamika,  antarkota,  anumerta,  audiogram,  awahama,  bikarbonat,
          biokimia,     caturtunggal,     dasawarsa,     dekameter,     demoralisasi,     dwiwarna,


ekawarna,
ekstrakurikuler,
elektroteknik,
infrastruktur,
inkonvensional,
introspeksi,   kolonialisme,   kosponsor,   mahasiswa,   mancanegara,   multilateral,
narapidana,     nonkolaborasi,     Pancasila,     panteisme,     paripurna,     poligami,
pramuniaga, prasangka, purnawirawan, reinkarnasi, saptakrida, semiprofessional,
subseksi, swadaya, telepon, transmigrasi, tritunggal, ultramodern
catatan:

1)   Jika  bentuk  terikat  diikuti  oleh  kata  yang  huruf  awalnya  adalah  huruf  kapital,  di
   antara kedua unsur itu harus dituliskan tanda hubung (-).

   Misalnya:

       non-Indonesia, pan-Afrikanisme

2)   Jika  kata  maha  sebagai  unsur  gabungan  diikuti  kata  esa  dan  kata  yang  bukan  kata
   dasar, gabungan itu ditulis terpisah.

   Misalnya:

       Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.

       Marilah kita beersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
C.  Kata Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.

Misalnya:

   anak-anak,  buku-buku, kuda-kuda, mata-mata,  hati-hati,  undang-undang, biri-biri,  kupu-
   kupu,  kura-kura,  laba-laba,  sia-sia,  gerak-gerik  hura-hura,  lauk-pauk,  mondar-mandir,
   ramah-tamah,    sayur-mayur,    centang-perenang,    porak-poranda,    tunggang-langgang,
   berjalan-jalan,      dibesar-besarkan,      menulis-nulis,      terus-menerus,      tukar-menukar,


hulubalang-hulubalang, bumiputra-bumiputra
D.  Gabungan Kata

1.   Gabungan  kata  yang  lazim  disebuta  kata  majemuk,  termasuk  istilah  khusus,  unsur-
   unsurnya ditulis terpisah.

   Misalnya:

          duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis,
          model linier, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat.

2.   Gabungan   kata,   termasuk   istilah   khusus,   yang   mungkin   menimbulkan   kesalahan
   pengertian  dapat  ditulis  dengan  tanda  hubung  untuk  menegaskan  pertalian  unsur  yang
   bersangkutan.

   Misalnya:

          Alat  pandang-dengar,  anak-istri  saya,  buku  sejarah-baru,  mesin-hitung  tangan,
          ibu-bapak kami, watt-jam, orang-tua muda.

3.   Gabungan kata berikut ditulis serangkai.

   Misalnya:

   Adakalanya,    akhirulkalam,    Alhamdulillah,    astaghfirullah,    bagaimana,    barangkali,
   bilamana,    bismillah,    beasiswa,    belasungkawa,    bumiputra,    daripada,    darmabakti,
   darmawisata,     dukacita,     halalbihalal,     hulubalang,     kacamata,     kasatmata,     kepada,
   karatabaasa,  kilometer,  manakala,  manasuka,  mangkubumi,  matahari,  olahraga,  padahal,
   paramasastra,   peribahasa,   puspawarna,   radioaktif,   saptamarga,   saputangan,   saripati,
   sebagaimana,  sediakala,  segitiga,  sekalipun,  silaturrahmin,  sukacita,  sukarela,  sukaria,
   syahbandar, titimangsa, wasalam
E.   Kata Ganti -ku-, kau-, -mu, dan -nya


Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku-, -mu, dan -nya
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

   Apa yang kumiliki boleh kaumabil.

   Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
F.   Kata Depan di, ke, dan dari

Kata  depan  di,  ke,  dan  dari  ditulis  terpisah  dari  kata  yang  mengikutinya,  kecuali  di  dalam
gabungan  kata  yang  sudah  lazim  dianggap  sebagai  satu  kata  seperti  kepada  dan  daripada.
(Lihat juga Bab III, Pasal D, Ayat 3.)

Misalnya:

   Kain itu terletak di dalam lemari.

   Bermalam sajalah di sini.

   Di mana Siti sekarang?

   Mereka ada di rumah.

   Ia ikut terjun di tengah kancah perjuangan.

   Ke mana saja ia selama ini?

   Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.

   Mari kita berangkat ke pasar.

   Saya pergi ke sana-sini mencarinya.

   Ia datang dari Surabaya kemarin.


Catatan:

Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini dtulis serangkai.

   Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.

   Kami percaya sepenuhnya kepadanya.

   Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.

   Ia masuk, lalu keluar lagi.

   Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.

   Bawa kemari gambar itu.

   Kemarikan buku itu.

   Semua orang terkemuka di desa hadir dalam kenduri itu.
G.  Kata Si dan Sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya:

   Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.

   Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
H.  Partikel

1.   Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

   Misalnya:

          Bacalah buku itu baik-baik.


          Apakah yang tersirat dalam dalam surat itu?

          Jakarta adalah ibukota Republik Indonesia.

          Siapakah gerangan dia?

          Apatah gunanya bersedih hati?

2.   Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

   Misalnya:

          Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.

          Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.

          Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.

          Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.
   Catatan:

   Kelompok    yang    lazim    dianggap    padu,    misalnya    adapun,    andaipun,    ataupun,
   bagaimanapun,     biarpun,     kalaupun,     kendatipun,     maupun,     meskipun,     sekalipun,
   sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.

   Misalnya:

          Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.

          Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.

          Baik mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi.

          Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.

          Walaupun miskin, ia selalu gembira.

3.   Partikel  per  yang  berarti  'mulai',  'demi',  dan  'tiap'  ditulis  terpisah  dari  bagian  kalimat


yang mendahului atau mengikutinya.

Misalnya:

       Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.

       Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.

       Harga kain itu Rp 2.000,00 per helai.
I.    Singkatan dan Akronim

1.   Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.

   a.    Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda
       titik.

       Misalnya:

              A.S Kramawijaya

              Muh. Yamin

              Suman Hs.

              Sukanto S.A.
M.B.A

M.Sc.

S.E.

S.Kar.

S.K.M

Bpk.
master of business administration

master of science

sarjana ekonomi

sarjana karawitan

sarjana kesehatan masyarakat

Bapak


Sdr.

Kol.
saudara

kolonel
b.   Singkatan    nama    resmi    lembaga    pemerintah    dan    ketatanegaraan,    badan    atau
   organisasi,  serta  nama  dokumentasi  resmi  yang  terdiri  atas  huruf  awal  kata  ditulis
   dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.

   Misalnya:
DPR

PGRI

GBHN

SMTP

PT

KTP
Dewan Perwakilan Rakyat

Persatuan Guru Republik Indonesia

Garis-Garis Besar Haluan Negara

sekolah menengah tingkat pertama

perseroan terbatas

kartu tanda penduduk
c.    Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.

   Misalnya:
dll.

dsb.

dst.

hlm.

sda.

Yth. (Sdr. Moh. Hasan)
dan lain-lain

dan sebagainya

dan seterusnya

halaman

sama dengan atas

Yang terhormat (Sdr. Moh. Hasan)
Tetapi:
a.n.
atas nama


d.a.

u.b.

u.p.
dengan alamat

untuk beliau

untuk perhatian
d.   Lambang  kimia,  singkatan  satuan  ukuran,  takaran,  timbangan,  dan  mata  uang  tidak
   diikuti tanda titik.

   Misalnya:
Cu

TNT

cm

kVA

l

kg

Rp (5.000,00)
cuprum

trinitrotulen

sentimeter

kilovolt-ampere

liter

kilogram

(lima ribu) rupiah
2.   Akronim kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti
   tanda titik.

   a.    Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis selurhnya
       dengan huruf capital.

       Misalnya:
ABRI

LAN

PASI

IKIP
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

Lembaga Administrasi Negara

Persatuan Atletik Seluruh Indonesia

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan


SIM
surat izin mengemudi
b.   Akronim  nama  diri  yang  berupa  gabungan  suku  kata  atau  gabungan  huruf  dan  suku
   kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kaptal.

   Misalnya:
Akabri

Bappenas

Iwapi

Kowani

Sespa
       Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

       Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia

Kongres Wanita Indonesia

       Sekolah Staf Pimpinan Administrasi
c.    Akronim  yang  bukan  nama  diri  yang  berupa  gabungan  huruf,  suku  kata,  ataupun
   gabungan huruf dan kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

   Misalnya:
pemilu

radar

rapim

rudal

tilang
pemilihan umum

radio detecting and ranging

rapat pimpinan

peluru kendali

bukti pelanggaran
catatan:

   jika  dianggap  perlu  membentuk  akronim,  hendaknya  diperhatikan  syarat-syarat
   berikut.  (1)  Jumlah  suku  kata  akronim  jangan  melebihi  jumlah  suku  kata  yang
   lazim   pada   kata   Indonesia.   (2)   Akronim   dibentuk   dengan   mengindahkan
   keserasian kombinasi vocal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia


yang lazim.
J.   Angka dan Lambang

1.   Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
   digunakan angka Arab atau angka Romawi.

          Angka Arab       : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

          Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M
                           (1000), V (5.000), M (1.000.000)

   Pemakaiannya diatur leih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.

2.   Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjagng, berat, luas, dan isi, (ii) satuan
   waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.

   Misalnya:
0,5 sentimeter

5 kilogram

4 meter persegi

10 liter

Rp5.000,00

US$3.50*

$5.10*

Y100

2.000 rupiah
1 jam 20 menit

pukul 15.00

tahun 1928

17 Agustus 1945

50 dolar Amerika

10 paun Inggris

100 yen

10 persen

27 orang
* Tanda titik di sini merupakan tanda decimal.


3.   Angka  lazim  dipakai  untuk  melambangka  nomor  jalan,  rumah,  apartemen,  atau  kamar
   pada alamat.

   Misalnya:

          Jalan Tanah Abang I No. 15

          Hotel Indonesia, Kamar 169

4.   Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.

   Misalnya:

          Bab X, Pasal 5, halaman 252

          Surah Yasin: 9

5.   Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.

   a.    Bilangan utuh

       Misalnya:
       Dua belas

       Dua puluh dua

       Dua ratus dua puluh dua

b.   Bilangan pecahan

   Misalnya:

       Setengah

       Tiga perempat

       Seperenam belas

       Tiga dua pertiga
12

22

222
1/2

3/4

1/16

3 2/3


Seperseratus

Satu persen

Satu permil

Satu dua persepuluh
1/100

1 %

1‰

1,2
6.   Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.

   Misalnya:

          Paku Buwono X; pada awal abad XX; dalamkehidupan abad ke-20 ini; lihan Bab
          II;  Pasal  5;  dalam  bab  ke-2  buku  itu;  di  daerah  tingkat  II  itu;  di  tingkat  kedua
          gedung itu; di tingkat ke-2 itu; kantor di tingkat II itu.

7.   Penulisan  lambang  bilangan  yang  mendapat  akhiran  -an  mengikuti  cara  yang  berikut.
   (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)

   Misalnya:
tahun '50-an

uang 5000-an

lima uang 1.000-an
atau tahun lima puluhan

atau uang lima ribuan

atau lima uang seribuan
8.   Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf,
   kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian
   dan pemaparan.

   Misalnya:

          Amir menonton drama itu sampai tiga kali.

          Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.

          Di  antara  72  anggota  yang  hadir,  52  orang  setuju,  15  orang  tidak  setuju,  dan  5
          orang memberikan suara blangko.


          Kendaraan  yang  ditempah  untuk  pengangkutan  umum  terdiri  atas  50  bus,  100
          helicak, 100 bemo.

9.   Lambang  bilangan  pada  awal  kalimat  ditulis  dengan  huruf.  Jika  perlu,  susunan  kalimat
   diubah  sehingga  bilangan  yang  tidak  dapat  dinyatakan  dengan  satu  atau  dua  kata  tidak
   terdapat pada awal kalimat.

   Misalnya:

          Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.

          Pak Darmo mengundang 250 orang tamu

   Bukan:

          15 orang tews dalam kecelakaan itu.

          Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.

10. Angka yang menunjukkan bilangan utuh secara besar dapat dieja

   Misalnya:

          Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.

          Penduduk Indonesia brjumlah lebi dari 200 juta orang.

11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks, kecuali did lam
   dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.

   Misalnya:

          Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.

          Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.

   Bukan:

          Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pgawai.


          Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.

12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.

   Misalnya:

          Saya  lamirkan  tanda  terima  uang  sebesar  Rp999,75  (Sembilan  ratus  Sembilan
          puluh Sembilan dan tujh puluh lima perseratus rupiah).

   Bukan:

       Saya  lampirkan  tanda  terima  uang  sebesar  999,75  (Sembilan  ratus  Sembilan  puluh
       Sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.
IV.
PENULISAN UNSUR SERAPAN
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari
bahasa  daerah  maupun  dari  bahasa  asing,  seperti  Sansekerta,  Arab,  Portugis,  Belanda,  atau
Inggris.  Berdasarkan  taraf  integrasinya,  unsure  pinjaman  dalam  bahasa  Indonesia  dapat  dibagi
atas  dua  golongan  besar.  Pertama,  unsur  pinjaman  yang  belum  sepenuhnya  terserap  ke  dalam


bahasa  Indonesia,  seperti  reshuffle,  shuttle  cock,  l'axplanation  de  l'homme.  Unsur-unsur  yang
dipakai  dalam  konteks  bahasa  Indonesia,  tetapi  pengucapannya  masih  mengikuti  cara  asing.
Kedua,  unsur  pinjaman  yang  pengucapan  dan  penulisannya  disesuaikan  dengan  kaidah  bahasa
Indonesia.  Dalam  hal  ini  diusahakan  agar  ejaannya  hanya  diubah  seperlunya  sehingga  bentuk
Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

       Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsure serapan itu sebagai berikut.

aa (Belanda) menjadi a
paal

baal

actaaf
pal

bal

oktaf
ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
aerob

aerodimanics
aerob

aerodonamika
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
       haemoglobin

       haematite

ai tetap ai

       trailer

       caisson

au tetap au

       audiogram

       autrotoph
hemoglobin

hematit
trailer

kaison
audiogram

autrotof


tautomer

hydraulic

caustic
tautomer

hidraulik

kaustik
c di muka a, u, o dan konsonan mejadi k
calomel

construction

cubic

coup

classification

crystal
kalomel

konstruksi

kubik

kup

klasifikasi

kristal
c di muka e, i, oe, dan y menjadi s
central

cent

cybernetics

circulation

cylinder

ceolom
sentral

sen

sibernetika

sirkulasi

silinder

selom
cc di muka o, u dan konsonan menjadi k
accomodation

acculturation

acclimatization
akomodasi

akulturasi

aklimatisasi


       accumulation

       acclamation

cc di muka e dan i menjadi ks

       accent

       accessory

       vaccine
akumulasi

aklamasi
aksen

aksesori

vaksin
cch dan ch di muka a, o dan konsonan menjadi k
saccharin

charisma

cholera

chromosome

technique
sakarin

karisma

kolera

kromosom

teknik
ch yang lafalnya s atau sy menjadi s
       echelon

       machine

ch yang lafalnya c menjadi c

       check

\            China

ç (Sanskerta) menjadi s

       çabda

       çastra
eselon

mesin
cek

Cina
sabda

sastra


e tetap e

       effect

       description

       synthesis

ea tetap ea

       idealist

       habeas

ee (Belanda) menjadi e

       stratosfeer

       systeem

ei tetap ei

       eicosane

       eidetic

       einsteinium

eo tetap eo

       stereo

       geometry

       zeolite

eu tetap eu

       neutron

       eugenol
efek

deskripsi

sintesis
idealis

baheas
stratosfer

sistem
eikosan

eidetik

einsteinium
stereo

geometri

zeolit
neutron

eugenol


       europium

f tetap f

       fanatic

       factor

       fossil

gh menjadi g

       sorghum

gue menjadi ge

       igue

       gigue
europium
fanatik

factor

fosil
sorgum
ige

gige
i pada awal suku kata di muka vokal tetap i
iambus

ion

iota
iambus

ion

iota
ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i
politiek

riem
politik

rim
ie tetap ie jika lafalnya bukan i
variety

patient

afficient
varietas

pasien

efisien


kh (Arab) tetap kh

       khusus

       akhir

ng tetap ng

       contingent

       congres

       linguistics

oe (oi Yunani) menjadi e

       oestrogen

       oenology

       foetus

oo (Belanda) menjadi o

       komfoor

       provoost

oo (Inggris) menjadi u

       cartoon

       proof

       pool

oo (vokal ganda) tetap oo

       zoology

       coordination
khusus

akhir
kontingen

kongres

linguistik
estrogen

enology

fetus
kompor

provos
kartun
pruf

pul
zoology

koordinasi


ou menjadi u jika lafalnya u

       gouverneur

       coupon

       contour

ph menjadi f

       phase

       physiology

       spectograph

ps tetap ps

       pseudo

       psychiatry

       psychic

       psychosomatic

pt tetap pt

       pterosaur

       pteridology

       ptyalin

q menjadi k

       aquarium

       frequency

       equator
gubernur

kupon

kontur
fase

fisiologi

spektograf
pseudo

psikiatri

psikis

psikosomatik
pterosaur

pteridologi

ptyalin
akuarium

frekuensi

       ekator


rh menjadi r

       rhapsody

       rhombus

       rhythm

       rhetoric
rapsodi

rombus

ritme

retorika
sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk
scandium

scoptopia

scutella

sclerosis

scriptie
skandium

skoptopia

skutela

sklerosis

skripsi
sc di muka e, i, dan y menjadi s
       scenography

       scintillation

       scyphistoma

sch di muka vokal menjadi sk

       schema

       schizophrenia

       scholasticism
senografi

sintilasi

sifistoma
       skema

skizofrenia

skolastisisme
t di muka i menjadi s jika lafalnya s
ratio
rasio


       actie

       patient

th menjadi t

       theocracy

       orthography

       thiopental

       thrombosis

       methode (Belanda)

u tetap u

       unit

       nucleolus

       structure

       institute

ua tetap ua

       dualism

       aquarium

ue tetap ue

       suede

       duet

ui tetap ui

       equinox
aksi

pasien
teokrasi

ortografi

tiopental

trombosis

metode
unit

nucleolus

struktur

institute
dualism

akuarium
sued

duet
ekuinoks


       conduite

uo tetap uo

       fluorescein

       quorum

       quota

uu menjadi u

       prematuur

       vacuum

v tetap v

       vitamin

       television

       cavalery

x pada awal kata tetap x

       xanthate

       xenon

       xylophone

xc di muka e dan i menjadi ks

       exception

       excess

       excision

       excitation
konduite
fluoresein

kuorum

kuota
prematur

vakum
vitamin

televisi

kavaleri
xantat

xenon

xilofon
eksepsi

ekses

eksisi

eksitasi


xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk
       excavation

       excommunication

       excursive

       exclusive

y tetap y jika lafalnya y

       yakitori

       yangonin

       yen

       yuan

y manjadi y jika lafalnya i

       yttrium

       dynamo

       propyl

       psyschology

z tetap z

       zenith

       zirconium

       zodiac

       zygote
ekskavasi

ekskomunikasi

ekskursif

eksklusif
yakitori

yangonin

yen

yuan
itrium

dinamo

propil

psikologi
zenith

zirkonium

zodiak

zigot
konsonan ganda menjadi tunggal, kecuali kalau dapat membingungkan.


Misalnya:

       gabbro

       accu

       effect

Tetapi:

       mass
gabro

aki

efek
commission

ferrum

salfeggio
komisi

ferum

salfegio
massa
Catatan:

   1.   Unsur pungutan yang sudah lazim dieja sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia tidak perlu
       lagi diubah.

       Misalnya:

              Kabar, sirsak, iklan, erlu, bengkel, hadir

   2.   Sekalipun  dalam ejaan  yang  dismpurnakan  huruf  q dan  x diterima  sebagai bagian  abjad
       bahasa  Indonesia,  unsur  yang  mengandung  kedua  huruf  itu  diindonesiakan  menurut
       kaidah  yang  terurai  di  atas.  Kedua  huruf  itu  dipergunakan  dalam  penggunaan  tertentu
       saja, seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus.

              Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, berikut ini

       didaftarkan  juga  akhiran-akhiran  asing  serta  penyesuaiannya  dalam  bahasa  Indonesia.
       Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti standarisasi, efektif, dan
       implementasi diserap secara utuh di samping kata standar, efek, dan implemen.

-aat (Belanda) menjadi -at
       advocaat

-age menjadi -ase
advokat


percentage

etalage
persentase

etalase
-al, -eel (Belanda), -aal (Belanda) menjadi -al
       structural, structureel

       formal, formeel

       normal, normaal

-ant menjadi -an

       accountant

       informant
structural

formal

normal
akuntan

informan
-archy, -archie (Belanda) menjadi -arki
       anarchy, anarchie

       oligarchy, oligarchie

-ary, -air (Belanda) menjadi -er

       complementary,

       complementair

       primary, primair

       secondary, secondair
anarki

oligarki
komplementer
primer

sekunder
-(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -as
       action, actie

       publication, publicatie

-eel (Belanda) menjadi -el
aksi

publikasi


       ideëel

       materieel

       moreel

-ein tetap -ein

       casein

       protein
ideel

materiel

morel
kasein

protein
-ic, -ics, ique, -iek, -ica (Belanda) menjadi -ik, -ika
logic, logica

phonetics, phonetiek

physics, physica

dialectics, dialektica

technique, techniek
logika

fonetik

fisika

dialektika

teknik
-ic, -isch (adjektiva Belanda) menjadi -ik
       electronic, elektronisch

       mechanic, mechanisch

       ballistic, ballistisch

-ical, isch (Belanda) menjadi -is

       economical, economisch

       practical, practisch

       logical, logisch

-ile, -iel menjadi -il
elektronik

mekanik

balistik
ekonomis

praktis

logis


       percentile, percentiel

       mobile, mobiel

-ism, isme (Belanda) menjadi -isme

       modernism, modernisme
persenril

mobil
modernisme
communism, communisme
-ist menjadi -is

       publicist

       egoist

-ive, -ief (Belanda) menjadi -if

       descriptive, descriptief

       demonstrative, demonstratief

-logue menjadi -log

       catalogue

       dialogue

-logy, -logie (Belanda) menjadi -logi

       technology, technologie

       physiology, physiologie

       analogy, analogie

-loog (Belanda) menjadi -log

       analoog

       epiloog
komunisme
publisis

egois
       deskriptif

demonstratif
catalog

dialog
teknologi

fisiologi

analogi
analog
epilog


-oid, -oide (Belanda) menjadi -oid

       hominoid, hominoide

       anthropoid, anthropoide

-oir(e) menjadi -oar

       trotoir

       repertoire

-or, -eur (Belanda) menjadi -ur, -ir

       director, directuer

       inspector, inspectuer

       amateur

       formateur

-or tetap -or

       dictator

       corrector

-ty, -teit (Belanda) menjadi -tas

       university, universiteit

       quality, kwaliteit

-ure, -uur (Belanda) menjadi -ur

       structure, struktuur

       premature, prematuur
hominoid

anthropoid
trotoar

repertoar
direktur

inspektur

amatir

formatur
diktator

korektor
universitas

kualitas
struktur

prematur


V.
PEMAKAIAN TANDA BACA
A.  Tanda Titik (.)

1.   Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

   Misalnya:

          Ayahku tinggal di Solo.


          Biarlah mereka duduk di sana.

          Dia menanyakan siapa yang akan datang.

          Hari ini tanggal 6 April 1973.

          Marilah kita mengheningkan cipta.

          Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.

2.   Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.

   Misalnya:

          a.    III. Departemen Dalam Negeri

                   A.  Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa

                   B.   Direktorat Jenderal Agraria

                                                  1.   ?

          b.   1. Patokan Umum

              1.1 Isi Karangan

              1.2 Ilustrasi

                                                         1.2.1    Gambar Tangan

                                                         1.2.2    Tabel

                                                         1.2.3    Grafik

3.   Tanda  titik  dipakai  untuk  memisahkan  angka  jam,  menit,  dan  detik  yang  menunjukkan
   waktu.

   Misalnya:

          Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)


4.   Tanda  titik  dipakai  untuk  memisahkan  angka  jam,  menit,  dan  detik  yang  menunjukkan
   jangka waktu.

   Misalnya:

          1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)

          0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)

          0.0.30 jam (30 detik)

5.   Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak
   berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.

   Misalnya:

          Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.

6a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.

       Misalnya:

              Desa itu berpenduduk 24.200 orang.

              Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.

6b.  Tanda  titik  dipakai  untuk  memisahkan  bilangan  ribuan  atau  kelipatannya  yang  tidak
menunjukkan jumlah.

       Misalnya:

              Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.

              Lihat halaman 2345 seterusnya.

              Nomor gironya 5645678.

7.   Tanda  titik  tidak dipakai pada  akhir  judul yang  merupakan  kepala  karangan atau  kepala
   ilustrasi, tabel, dan sebagainya.


   Misalnya:

          Acara kunjungan Adam Malik

          Bentuk dan Kedaulatan (Bab 1 UUD '45)

          Salah Asuhan

8.   Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal suat atau (2) nama
   dan alamat surat.

   Misalnya:

          Jalan Diponegoro 82 (tanpa titik)

          Jakarta (tanpa titik)

          1 April 1985 (tanpa titik)
Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)

Jalan Arif 43 (tanpa titik)

Palembang (tanpa titik)
Atau:
Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)

Jalan Cikini 71 (tanpa titik)

Jakarta (tanpa titik)
B.   Tanda Koma (,)

1.   Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.


   Misalnya:

          Saya membeli kertas, pena, dan tinta.

          Surat biasa, surat kilat, maupun surat khusus memerlukan prangko.

          Satu, dua, ? tiga!

2.   Tanda  koma  dipakai  untuk  memisahkan  kalimat  setara  yang  satu  dari  kalimat  setara
   berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi, atau melainkan.

   Misalnya:

          Saya ingin datang, tetapi hari hujan.

          Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.

 3a.  Tanda  koma  dipakai  untuk  memisahkan  anak  kalimat  dari  induk  kalimat  jika  anak
    kalimat itu mendahului indukn kalimatnya.

       Misalnya:

              Kalau hari hujan, saya tida datang.

              Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

  3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
     kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.

     Misalnya:

              Saya tidak akan datang kalau hari hujan.

              Dia lupa akan janjinya karena sibuk.

              Dia tahu bahwa soal itu penting.

3.   Tanda  koma  dipakai  di  belakang  kata  atau  ungkapan  penghubung  antarkalimat  yang
   terdapat  pada  awal  kalimat.  Termasuk  di  dalamnya  oleh  karena  itu,  jadi,  lagi  pula,
   meskipun begitu, akan tetapi.


   Misalnya:

          ?. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.

          ?. Jadi, soalnya tidak semudah itu.

4.   Tanda koma  dipakai untuk memisahkan  kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata
   lain yang terdapat di dalam kalimat.

   Misalnya:

          O, begitu?

          Wah, bukan main!

          Hati-hati, ya, nanti jatuh.

5.   Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
   (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M.)

   Misalnya:

          Kata ibu "Saya gembira sekali."

          "Saya gembira sekali," kata ibu, "karena kamu lulus."

6.   Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat
   dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

   Misalnya:

          Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas
          Indonesia, Jalan raya Salemba 6, Jakarta.

          Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor.

          Kuala Lumpur, Malaysia.

7.   Tanda  koma  dipakai  untuk  menceraikan   bagian  nama  yang  dibalik  susunannya  dalam
   daftar pustaka.


   Misalnya:

          Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan
          2. Djakarta: Pustaka Rakjat.

8.   Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.

   Misalnya:

          W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta:

          UP Indonesia, 1967), hlm. 4.

9.   Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya utnuk
   membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

   Misalnya:

       B. Ratulangi, S.E.

       Ny. Khadijah, M.A.

10. Tanda  koma  dipakai  di  muka  angka  persepuluh  atau  di  antara  rupiah  dan  sen  yang
   dinyatakan dengan angka.

   Misalnya:

          12,5 m

          Rp12,50

11. Tanda   koma   dipakai   untuk   mengapit   keterangan   tambahan   yang   sifatnya   tidak
   membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab V, Pasal F.)

   Misalnya:

          Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.

          Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang aki-laki yang makan sirih.


          Semua  siswa,  baik  yang  laki-laki  maupun  perempuan,  mengikuti  latihan  paduan
          suara.

   Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma:

          Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.

12.Tanda koma dapat dipakai?untuk menghindari salah baca?di  belakang
   keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

   Misalnya:

          Dalam upaya pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang
          sungguh-sungguh.

          Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.

   Bandingkan dengan:

          Kita  memerlukan  sikap  yang  bersungguh-sungguh  dalam  upaya  pembinaan  dan
          pengembanagan bahasa.

          Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus.

13. Tanda  koma  tidak  dipakai  untuk  memisahkan  petikan  langsung  dari  bagian  lain  yang
   mengiringinya  dalam kalimat  jika  petikan  langung  itu  berakhir  dengan  tanda  tanya  atau
   seru.

   Misalnya:

          "Di mana Saudara tinggal?" tanya Karim.

          "Berdiri lurus-lurus!" perintahnya.
C.  Tanda Titik Koma (;)

1.   Tanda  titik  koma  dapat  dipakai  untuk  memisahkan  bagian-bagian  kalimat  yang  sejenis


   dan setara.

   Misalnya:

          Malam akan larut; pekerjaan belum selesai juga

2.   Tanda  titik  koma  dapat  dipakai  sebagai  pengganti  kata  penghubung  untuk  memisahkan
   kalimat yang setara dalam kalimat majemuk.

   Misalnya:

          Ayah  mengurus  tanamannya  di  kebun  itu;  ibu  sibuk  bekerja  di  dapur;  Adik
   menghafal   nama-nama   pahlawan   nasional;   saya   sendiri   asyik   mendengarkan   siaran
   "Pilihan Pendengar".
D.  Tanda Dua Titik (:)

1a. Tanda titik dua  dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian
    atau pemerian.

       Misalnya:

              Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.

              Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.

1b.  Tanda  titk  dua  tidak  dipakai  jika  rangkaian  atau  perian  itu  merupakan  pelengkap  yang
    mengkahiri pernyataan.

       Misalnya:

              Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

          Fakultas   itu   mempunyai    Jurusan   Ekonomi   Umum   dan   Jurusan   Ekonomi


          Perusahaan.

3.   Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

   Misalnya:
a.    Ketua

   Sekretaris

   Bendahara

b.   Tempat Sidang

   Pengantar Acara

   Hari

   Waktu
: Ahmad Wijaya

: S. Handayani

: B. Hartawan

: Ruang 104

: Bambang S.

: Senin

: 09.30
4.   Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama  sesudah kata yang  menunjukkan pelaku
   dalam percakapan.

   Misalnya:

          Ibu       : (meletakkan beberapa kopor) "Bawa kopor ini, Mir!"

          Amir    : "Baik, Bu." (mengangkat kopor dan masuk)

          Ibu       : "Jangan lupa. Letakkan baik-baik!" (duduk di kursi besar)

5.   Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan
   ayat  dalam  kitab  suci,  (iii)  di  antara  judul  dan  anak  judul  suatu  karangan  ,  serta  (iv)  di
   antara nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.

   Misalnya:

          Tempo, I (34), 1971: 7

          Surah Yasin: 9


Karangan Ali Hakim, Pedidikan Seumur Hidup: sebuah Studi, sudah terbit.

Tjokronegoro,  Sutomo,  Tjukuplah  Saudara  Membina  Bahasa  Persatuan  Kita?
Djakarta: Eresco, 1968.
E.   Tanda Hubung (-)

1.   Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.

   Misalnya:
Di samping cara-cara lama itu ju-

ga cara yang baru
suku kata yang berupa satu vocal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.

Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu

telah disampaikan ?.

Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau

beranjak ?.
Atau


Beberapa pendapat mengenai masalah

Itu telah disampaikan ?.

Walaupun sakit, mereka tetap tidak

 mau beranjak ?.
Bukan:
Beberapa pendapat mengenai masalah i-

tu telah disamapaikan ?.

Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma-

u  beranjak ?.
2.   Tanda  hubung  menyambung  awalan  dengan  bagian  kata  di  belakangnya  atau  akhiran
   dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.

   Misalnya:
Kini ada acara baru untuk meng-

ukur panas.

Kukuran baru ini memudahkan kita me-

ngukur kelapa.

Senjata merupakan alat pertahan-


an yang canggih.
   Akhiran i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.

3.   Tanda hubung meyambung unsur-unsur kata ulang.

   Misalnya:

          Anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan

   Angka   2 sebagai  tanda  ulang  hanya  digunakan  pada  tulisan  cepat  dan  notula,  dan  tidak
   dipakai pada teks karangan.

4.   Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.

   Misalnya:

          p-a-n-i-t-i-a

          8-4-1973

5.   Tanda  hubung  boleh  dipakai  untuk  memperjelas  (i)  hubungan  bagian-bagian  kata  atau
   ungkapan, dan (ii) penghilangan baian kelompok kata.

   Misalnya:

          ber-evolusi,    dua    puluh    lima-ribuan    (20    x    5.000),    tanggung    jawab-dan
          kesetiakawanan-sosial

   Bandingkan dengan:

          Be-revolusi,    dua-puluh-lima-ribuan    (1    x    25.000),    tanggung    jawab    dan
          kesetiakawanan sosial

6.   Tanda  hubung  dipakai  untuk  merangkai  (i)  se-  dengan  kata  berikutnya  yang  dimulai
   dengan  huruf  kapital,  (ii)  ke-  dengan  angka,  (iii)  angka  dengan  -an,  (iv)  singkatan
   berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.


   Misalnya:

          se-Indonesia,  se-Jawa  Barat,  hadiah  ke-2,  tahun  50-an,  mem-PHK-kan,  hari-H,
          sinar-X; Menteri Sekretaris Negara.

7.   Tanda  hubung  dipakai  untuk  merangkaikan  unsure  bahasa  Indonesia  dengan  unsure
   bahasa asing.

   Misalnya:

          di-smash, pen-tackle-an
F.  Tanda Pisah (?)

1.   Tanda  pisah  membatasi  penyisipan  kata  atau  kalimat  yang  memberi  penjelasan  di  luar
   bangun kalimat.

   Misalnya:

          Kemerdekaan bangsa itu?saya yakin akan tercapai?diperjuangkan
          oleh bangsa itu sendiri.

2.   Tanda  pisah menegaskan  adanya  keterangan  oposisi atau  keterangan  yang  lain  sehingga
   kalimat menjadi lebih jelas.

   Misalnya:

          Rangkaian   temuan   ini?evolusi,    teori    kenisbian,   dan   kini   juga
          pembelahan atom?telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.

3.   Tanda pisah dipakai di antara dua dilangan atau tanggal dengan arti 'sampai dengan' atau
   'sampai ke'.

   Misalnya:

          1910?1945


Tanggal 5?10 April 1970

Jakarta?Bandung
Catatan:

       Dalam pengetikan,  tanda  pisah  dinyatakan  dengan  dua buah  tanda  hubung  tanpa
       spasi sebelum dan sesudahnya.
G.  Tanda Elipsis (?)

1.   Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.

   Misalnya:

          Kalau begitu ? ya, marilah kita bergerak.

2.   Tanda  elipsis  menunjukkan  bahwa  dalam  satu  kalimat  atau  naskah  ada  bagian  yang
   dihilangkan.

   Misalnya:

          Sebab-sebab kemerosotan ? akan diteliti lebih lanjut.
Catatan:

       Jika  bagian  yang  dihilangkan  mengakhiri  sebuah  kalimat,  perlu  dipakai  empat
       buah  titik;  tiga  buah  titik  untuk  menandai  penghilangan  teks  dan  atu  untuk
       menandai akhir kalimat.

Misalnya:

       Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati?.


H.  Tanda Tanya (?)

1.   Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.

   Misalnya:

          Kapan ia berangkat?

          Saudara tahu, bukan?

2.   Tanda   taya   dipakai   dalam   tanda   kurung   untuk   menyatakan   bagian   kalimat   yang
   disangsikan atau yang kurang dapat membuktikan kebenarannya.

   Misalnya:

          Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?).

          Uangnya sebanyak 10 jta rupiah (?) hilang.
I.    Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesuda ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.

Misalnya:

       Alangkah seramnya peristiwa itu!

   Bersihkan kamar itu sekarang juga!

   Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak-istrinya.

   Merdeka!
J.   Tanda Kurung ((?))


1.   Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

   Misalnya:

          Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor
          itu.

2.   Tanda  kurung  mengapit  keterangan  atau  penjelasan  yang  bukan  bagian  integral  pokok
   pembicaraan.

   Misalnya:

          Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama yang terkenal di Bali) ditulis pada
          tahun 1962.

          Keterangan  itu  (lihat  Tabel  10)  menunjukkan  arus  perkembangan  baru  dalam
          pasaran dalam negeri.

3.   Tanda   kurung   mengapit   huruf   atau   kata   yang   kehadirannya   di   dalam   teks   dapat
   dihilangkan.

   Misalnya:

          Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain (a).

          Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.

4.   Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.

   Misalnya:

          Factor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
K.  Tanda Kurung Siku ([?])

1.   Tanda  kurung  siku  mengapit  huruf,  kata,  atau  kelompok  kata  sebagai  koreksi  atau
   tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan


   bahwa kesalahan atau ekurangan itu memang terdapat di naskah asli.

   Misalnya:

          Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

2.   Tanda  kurung  siku  menapit  keterangan  dalam  kalimat  penjelas  yang  sudah  bertanda
   kurung.

   Misalnya:

          Persamaan  kedua  proses  ini  (perbedaannya  dibicarakan  di  dalam  Bab  II  [lihat
          halaman 35-38] perlu dibentangkan.
L.   Tanda Petik ("?")

1.   Tanda  petik  mengapit  petikan  langsung  yang  berasal  dari  pembicaraan  daan  nskah  atau
   bahan tertulis lain.

   Misalnya:

          "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"

          Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah bahasa Indonesia."

2.   Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

   Misalnya:

          Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa dari Suatu Tempat.

          Karangan  Andi  Hakim  Nasoetion  yang  berjudul  "Rapor  dan  Nilai  Prestasi  di
          SMA" dimuat dalam majalah Tempo.

          Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.

3.   Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti
   khusus.


   Misalnya:

          Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.

          Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".

4.   Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengahkiri petikan langsung.

   Misalnya:

          Kata Tono, "Saya juga minta satu."

5.   Tanda  baca  penutup  kalimat  atau  bagian  kalimat  ditempatkan  di  belakang  tanda  petik
   yang  mengapit  kata  atau  ungkapan  yang  dipakai  dengan  arti  khusus pada  ujung kalimat
   atau bagian kalimat.

   Misalnya:

          Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "si Hitam".

          Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
Catatan:

       Tanda  petik  pembuka  dan  tanda  petik  penutup  pada  pasangan  tanda  petik  itu
       ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
M. Tanda Petik Tunggal ('?')

1.   Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.

   Misalnya:

          Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"

          "Waktu  kubuka  pintu  depan,  kudengar  teriak  anakku,  'Ibu,  Bapak  pulang',  dan


          rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.

2.   Tanda  petik  tunggal  mengapit  makna,  terjemahan,  atau  penjelasan  kata  atau  ungkapan
   asing. (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J.)

   Misalnya:

          feed-back 'balikan'
N.  Tanda Garis Miring (/)

1.   Tanda  garis  miring  dipakai  dalam  nomor  surat  dan  nomormpada  alamat  dan  penandaan
   masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

   Misalnya:

          No. 7/PK/1973

          Jalan Kramat III/10

          tahun anggaran 1985/1986

2.   Tanda gris miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.

   Misalnya:
dikirimkan lewat

darat/laut

harganya Rp25,00/lembar
'dikirim lewt darat atau

 lewat laut'

'harganya Rp25,00 tiap lembar'
O.  Tanda Penyingkat atau Apostrof

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.

Misalnya:


Ali 'kan kusurati. ('kan = akan)

Malam 'lah tiba. ('lah = telah)

1 Januari '88. ('88 = 1988)


     PEDOMAN UMUM

EJAAN BAHASA INDONESIA

YANG DISEMPURNAKAN
Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia
         Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan Nasional

             2000


KATA PENGANTAR CETAKAN KETIGA
       Buku    Pedoman    Umum    Bahasa   Indonesia    yang    Disempurnakan    (Khusus   Bahan
Penyuluhan) cetakan I dan II telah habis dibagikan kepada para peserta kegiatan Pemasyarakatan
Bahasa  Indonesia  di  berbagai  instansi  di  Indonesia.  Oleh  karena  itu,  buku  ini  dicetak  ulang
dengan penerbitan kesalahan cetak yang terdapat pada cetakan sebelumnya.

       Mudah-mudahan  buku  ini  bermanfaat  bagi  pembinaan  dan  pengembangan  bahasa  dan
sastra Indonesia serta bagi masyarakat luas.
Jakarta, 1 Agustus 2000
        Hasan Alwi

Kepala Pusat Bahasa


                               KEPUTUSAN

              MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

                          REPUBLIK INDONESIA

                              No. 054a/U/1987

                                  Tentang

Penyempurnaan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan"
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Membaca
:Surat    Kepala    Pembinaan    dan    Pengembangan    Bahasa    Departemen
 Pendidikan     dan     Kebudayaan     tanggal     6     Desembar     1986     No.
              5965/F8/U1.7/86.

Menimbang    : a. bahwa dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal
                27    Agustus    1975    No.    0196/U/1975    telah    ditetapkan    peresmian
                berlakunya     "Pedoman     Umum     Ejaan     Bahasa     Indonesia     yang
Mengingat
   Disempurnakan" dan "Pedoman Umum Pembentukan Istilah";

 b.bahwa  sesungguhnya  bahasa  itu  senantiasa  berubah  dan  berkembang
   sesuai dengan kehiduoan masyarakat;

 c.  bahwa  sesungguhnya  dengan  hal  tersebut  pada  sub  a dan  b,  dipndang
   perlu   menetapkan   penyempurnaan   "Pedoman   Umum   Ejaan   Bahasa
   Indonesia yang Disempurnakan'.

: 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia:

   a.    Nomor 44 Tahun 1974;

   b.   Nomor 52 Tahun 1975;


  c.    Nomor 45/M Tahun 1983;

  d.   Nomor    15    Tahun    1984    sebagaimana    telah    diubah/ditambah
     terakhir   dengan   keputusan   Presiden   Republik   Indonesia   No.   4
     Tahun 1987;

  e.    Nomor 138/M Tahun 1985;

2.  Keputusan  Menteri  Pendidikan  dan  Kebudayaan  tanggal  27  Agustus
   1975 No. 0196/U/1975.
MEMUTUSKAN
Menetapkan  :
Pertama
 :  Menyempurnakan    'Pedoman    Umum    Ejaan    Bahasa    Indonesia    yang
  Disempurnakan"  sebagaimana   tercantum   dalam  Lampiran  I  Keputusan
  Menteri    Pendidikan     dan    Kebudayaan     tanggal    27    Agustus    1975
  No.0196/U/1975    menjadi    sebagaimana    tercantum    dalam    Lampiran
  Keputusan ini.

:  Hal-hal  yang  belum  diatur  dalam  Keputusan  ini  akan  diatur  lebih  lanjut
  dalam ketentuan tersendiri.

 : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Kedua
Ketiga
              Ditetapkan di Jakarta

           Tanggal 9 September 1987

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Fuad Hasan


PRAKATA
       Sejak  peraturan  ejaan  bahasa  Melayu  dengan  huruf  Latin  ditetapkan  pada  tahun  1901
berdasarkan  rancangan  Ch.  A.  van  Ophuysen  dengan  bantuan   Engku  Nawawi  gelar  Soetan
Ma'moer  dan  Moehammad  Taib  Soetan  Ibrahim,  penyempurnaannya  berkali-kali  diusahakan.
Pada  tahun   1938,   selama  Kongres   Bahasa  Indonesia   yang   pertama   kali  di  Solo,  misalnya
disarankan agar ejaan Indonesia lebih banyak diinternasionalkan.

       Pada tahun 1947 Soewandi, Menteri Pengajaran, Pendidikan  dan Kebudayaan pada masa
itu,  menetapkan  dalam  surat  keputusannya  tanggal  19  Maret  1947,  No.  264/Bhg.  A  bahwa
perubahan  ejaan  bahasa  Indonesia  dengan  maksud  membuat  ejaan  yang  berlaku  menjadi  lebih
sederhana.  Ejaan  baru  itu  oleh  masyarakat  diberi  julukan  Ejaan  Republik.  Beberapa  usul  yang
diajukan  oleh  panitia  menteri  itu  belum  dapat  diterima  karena  masih  harus  dirinjau  lebih  jauh
lagi.   Namun,   sebagai   langkah   utama   dalam   usaha   penyederhanaan   dan  penyelarasan   ejaan
dengan  perkembagan  bahasa, keputusan Soewandi  pada  masa pergolakan  revolusi itu  mendapat
sambutan baik.

       Kongres   Bahasa   Indonesia   Kedua,   yang   diprakarsai   Menteri   Moehammad   Yamin,
diselenggarakan  di  Medan  pada  tahun  1954.  Masalah  ejaan  timbul  lagi  sebagai  salah  satu  mata
pertemuan  itu.  kongres  itu  mengambil  keputusan  supaya  ada  badan  yang  menyusun  peratura
ejaan yang praktis bagi bahasa Indonesia. Panitia yang dimaksud (Priyono-Katoppo, Ketua) yang
dibentuk  oleh  Menteri  Pengajaran,  Pendidikan   dan  Kebudayaan  dengan  surat  keputusannya
tanggal 19 Juli 1956, No. 44876/S, berhasil merumuskan patokan-patokan baru pada tahun 1957
setelah bekerja selama setahun.

       Tindak  lanjut perjanjian  persahabatan  antara  Republik  Indonesia dan Persekutuan  Tanah
Melayu  pada tahun  1959,  antara lain  berupa  usaha mempersamakan  ejaan  bahasa kedua Negara
ini.  Maka  pada  akhir  tahun  1959  sidang  perutusan  Indonesia  dan  Melayu  (Slametmuljana-Syed
Nasir  bin  Ismail,  Ketua)  menghasilkan  konsep  ejaan  bersama  yang  kemudian  dikenal  dengan
nama  Ejaan  Melindo  (Melayu-Indonesia).  Perkembangan  politik  selama tahun-tahun  berikutnya
megurungkan peresmiannya.


       Sesuai  dengan  laju  pengembangan  nasional,  Lembaga  Bahasa  dan  Kesusastraan  yang
pada  tahun  1968  menjadi  Lembaga  Bahasa  Nasional,  dan  akhirnya  pada  tahun  1975  menjadi
Pusat  Pembinaan  dan  Pengembangan  Bahasa,  menyusun  program  pembakuan  bahasa  Indonesia
secara   menyeluruh.   Di   dalam   hubungan   ini,   panitia   Ejaan   Bahasa   Indonesia   Departemen
Pendidikan  dan  Kebudayaan  (A.M.  Moeliono,  ketua)  yang  disahkan  oleh  Menteri  Pendidikan
dan Kebudayaan, Sarino Mangunpranoto, sejak tahun 1966 dalam surat keputusannya tanggal 19
September    1967,    No.    062/1967,    menyusun    konsep    yang    merangkum    segala    usaha
penyempurnaan  yang  terdahulu.  Konsep  itu  ditanggapi  dan  dikaji  leh  kalangan  luas  di  seluruh
tanah air selama beberapa tahun.

       Atas  permintaan  ketua  Gabungan  V  Komando  Operasi  Tertinggi  (KOTI),  rancangan
peraturan  ejaan  tersebut  dipakai  sebagai  bahan  oleh  tim  Ahli  Bahasa KOTI  yang  dibentuk  oleh
ketua Gabungan V KOTI dengan surat Keputusannya tanggal 21 Februari 1967, No. 011/G-5/II/
1967 (S.W. Rujianti Mulyadi, Ketua) dalam pembicaraan mengenai ejaan dengan pihak Malaysia
di Jakarta pada tahun 1966 dan di Kuala Lumpur pada tahun 1967.

       Dalam  Komite  Bersama  yang  dikeluarkan  oleh  Menteri  Pendidikan  dan  Kebudayaan
Indonesia,  Mashuri,  dan  Menteri  Pelajaran  Malaysia,  Hussen  Onn,  pada  tahun  1972  rancangan
tersebut  disetujui  untuk  dijadikan  bahan  dalam  usaha  bersama  di  dalam  pengembangan  bahasa
nasional kedua negara.

       Setelah rancangan itu akhirnya dilengkapi  di dalam Seminar Bahasa Indonesia di Puncak
pada  tahu  1972,  dan  diperkenalkan  secara  luas  oleh  sebuah  panitia  antardepartemen  (Ida  Bagus
Mantra, Ketua dan  Lukman Ali, Ketua Kelompok Teknis  Bahasa) yang ditetapkan  dengan  surat
keputusan Menteri pendidikan  dan Kebudayaan tanggal 20 Mei 1972, No. 03/A.I/72, maka pada
hari   Proklamasi   Kemerdekaan   tahun   itu   juga   diresmikanlah   aturan   ejaan   yang   baru   itu
berdasarkan  keputusan  Presiden  No. 57,  tahun  1972,  dengan  nama  Ejaan  yang  Disempurnakan.
Departemen  Pendidikan  dan  Kebudayaan  menyebar  buku  kecil  yang  berjudul  Pedoman  Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.

       Karena   penuntun   itu   perlu   dilengkapi,   Panitia    Pengembangan   Bahasa   Indonesia,
Departemen    Pendidikan    dan   Kebudayaan    yang   dibentuk    oleh    Menteri    Pendidikan    dan
Kebudayaan  dengan  surat  keputusannya  tanggal  12  Oktober  1972,  No.  156/P/1972  (Amran


Halim,  Ketua),  menyusun  buku Pedoman Umum  ini  yang berupa  pemaparan kaidah  ejaan  yang
lebih luas.

       Penyusunan  Pedoman  Umum  Ejaan  Bahasa  Indonesia  yang  Disempurnakan  ini  telah
dimungkinkan  oleh  tersedianya  biaya  Pelita  II  yang  disalurkan  melalui  Proyek  Pengembangan
Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (S.W. Rujiati
Mulyadi,  Ketua).  Pencetakan   Pedoman  Umum  ini  dilaksanakan   oleh  Proyek  Penulisan  dan
Penerbitan Buku/Majalah Pengetahuan dan Profesi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

       Kepada     segenap    instansi,     kalangan     masyarakat,     dan     perorangan     yang    telah
memungkinkan tersusunnya Pedoman Umum ini disampaikan penghargaan dan terima kasih.
Jakarta, Agustus 1975
Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia

Pusat Pembinaan dan Pengembagan Bahasa

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


I.
PEMAKAIAN HURUF
A.  Huruf Abjad

Abjad  yang  digunakan  dalam  ejaan  bahasa  Indonesia  terdiri  atas  huruf  yang  berikut.  Nama
huruf disertakan di sebelahnya.
Huruf
Nama
Huruf
Nama
Huruf
Nama
A
B
C
D
E
F
G
H
I
a    a
b
c
be
ce
d    de
e
 f
e
ef
g    ge
h    ha
i     i
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
 j    Je
 k    ka
 l     el
m    em
n
o
p
q
r
en
o
pe
ki
er
S
T
U
V
W
X
Y
Z
s
t
u
v
w
x
y
z
es
  te
  u
 ve
 we
eks
 ye
 zet
B.   Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o,dan  u.
Huruf
Vokal


   a
  e*

   i
   o
   u
Contoh  Pemakaian  dalam  Kata
 Posisi  Awal

api
enak
emas
itu
oleh
ulang
    Posisi
   Tengah

padi
petak
kena
simpan
kota
bumi
Posisi  Akhir

lusa
sore
tipe
murni
radio
ibu


*  Dalam  pengajaran  lafal  kata,  dapat  digunakan  tanda  aksen  jika  ejaan  kata  menimbulkan
   keraguan.

Misalnya: Anak-anak bermain di teras (téras).

                Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah.

                Kami menonoton film seri (séri).

                Pertandingan iru berakhir seri.

C.  Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d,
f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
   Huruf
Konsonan


     b
     c
     d
     f
     g
     h
     j
     k

      l
     m
     n
      p
     q**
      r
     s
     t
     v
     w
      x**
     y
     z
Contoh  Pemakaian  dalam  Kata
Posisi  Awal

bahasa
cakap
dua
fakir
guna
hari
jalan
kami
-
lekas
maka
nama
pasang
Quran
raih
sampai
tali
varia
wanita
xerox
yakin
zeni
   Posisi
  Tengah

sebut
kaca
ada
kafan
tiga
saham
manja
paksa
rakyat*
alas
kami
tanah
apa
status-quo
bara
asli
mata
lava
hawa
-
payung
lazim
Posisi  Akhir

adab
-
Abad
maaf
gudeg
tuah
mikraj
politik
bapak*
akal
diam
daun
siap
Taufiq
putar
tangkas
rapat
-
-
sinar-x
-
juz
* Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah.
** Khusus untuk nama dan keperluan ilmu.


D.  Huruf diftong

 Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
 Huruf
Diftong

   ai
   au
   oi
Contoh  Pemakaian  dalam  Kata
 Posisi  Awal

ain
aula
-
    Posisi
   Tengah

malaikat
saudara
boikot
Posisi  Akhir

pandai
harimau
amboi
 E.   Gabungan Huruf Konsonan
Di  dalam  bahasa  Indonesia  terdapat  empat  gabungan  huruf  yang  melambangkan  konsonan,
yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Gabungan
  Huruf
Konsonan

    kh
    ng
    ny
    sy
Contoh  Pemakaian  dalam  Kata
 Posisi  Awal

khusus
ngilu
nyata
syarat
    Posisi
   Tengah

akhir
bangun
banyak
isyarat
Posisi  Akhir

tarikh
senang
-
arasy
F.   Pemenggalan Kata

1.   Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.

a.    Jika   di   tengah   kata   ada   vokal   yang   berurutan,   pemenggalan   itu dilakukan di antara
kedua huruf vokal itu.

Misalnya : ma-in, sa-at, bu-ah
Huruf diftong ai, au, oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan
diantara kedua huruf itu.


Misalnya:

       au-la

       sau-dara

       am-boi
bukan

bukan

bukan
a-u-la

sa-u-da-ra

am-bo-i
b.
Jika   di   tengah   kata   ada   huruf   konsonan,   termasuk   gabungan   huruf  konsonan,   di
antara  dua  buah  huruf  vokal,  pemenggalan  dilakukan sebelum huruf konsonan.

        Misalnya:

               ba-pak, ba-rang,  su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir

c.     Jikan  di  tengah  ada  dua  huruf  konsonan  yang  berurutan,  pemenggalan  dilakukan
di
antara   kedua   huruf   konsonan   itu.   gabungan   huruf konsonan tidak pernah diceraikan.

        Misalnya:

               man-di, som-bong, swas-ta, ca-plok Ap-ril, bang-sa, makh-luk

d.    Jika    di    tengah    kata    ada    tiga    buah    huruf    konsonan    atau    lebih, pemenggalan
dilakukan  di  antara  huruf  konsonan  yang  pertama  dan huruf konsonan yang kedua.

        Misalnya:

               in-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok ikh-las

 2.   Imbuhan   akhiran   dan   imbuhan   aalan,   termasuk   awalan   yang   mengalami   perubahan
    bentuk   serta   partikel   yang   biasanya   ditulis   serangkai   dengan   kata   dasarnya,   dapat
    dipenggal  pada pergantian baris.


Misalnya:

       makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah
   Catatan:

   a.    Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.

   b.   Akhiran  -i  tidak  dipenggal.  (Lihat  juga  keterangan  tentang  tanda  hubung,  Bab  V,
       Pasal E, Ayat 1.)

   c.    Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut.

       Misalnya: te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi

3.   Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung
   dengan  unsur  lain,  pemenggalan  dapat  dilakukan  (1)  di  antara  unsur-unsur  itu  atau  (2)
   pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c dan 1d di atas.

   Misalnya:

          Bio-grafi, bi-o-gra-fi

          Foto-grafi, fo-to-gra-fi

          Intro-speksi, in-tro-spek-si

          Kilo-gram, ki-lo-gram

          Pasca-panen, pas-ca-pa-nen
Keterangan:

       Nama  orang,  badan  hukum,  dan  nama  dari  yang  lain  disesuaikan  dengan  Ejaan
       Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan khusus.


II.
PEMAKAIAN HURUF KAPITAL DAN HURUF MIRING
A.  Huruf Kapital atau Huruf Besar

1.   Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai unsur pertama kata pada awal kalimat.

   Misalnya:

        Dia mengantuk.

        Apa maksudnya?

       Kita harus beker keras.

        Pekerjaan itu belum selesai.

2.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

   Misalnya:

        Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"

        Bapak menasihatkan, "Berhati-hatilah,

        Nak!" "Kemarin engkau terlambat,"

        katanya.

        "Besok pagi," kata ibu, "dia akan berangkat".

3.   Huruf kapital  dipakai  sebagai huruf pertama dalam  ungkapan  yang berhubungan
   dengan nama Tuhan dan Kitab Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.

   Misalnya:

        Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam,
        Kristen.

        Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya


        Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.

4.   Huruf  kapital  dipakai  sebagai  huruf  pertama  nama  gelar  kehormatan,  keturunan,  dan
   keagamaan yang diikuti nama orang.

   Misalnya:

        Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim.

   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti
   nama orang atau  yang dipakai  sebagai pengganti  nama orang tertetu,  nama instansi, atau
   nama tempat.

   Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.

Tahun ini dia pergi naik haji.
5.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti
   nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau
   nama tempat.

   Misalnya:

        Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo, Laksamana
        Muda   Udara   Husein   Sastranegara,   Sekretaris   Jenderal   Departemen   Pertanian,
        Gubernur Irian Jaya.

   Huruf  kapital  tidak  dipakai  sebagai  huruf  pertama nama  jabatan  dan  pangkat  yang tidak
   diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.


   Misalnya:

        Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?

        Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.

6.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.

   Misalnya:

          Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim Perdanakusumah.

   Huruf  kapital  tidak  dipakai  sebagai  huruf  pertama  nama  orang  yang  digunakan  sebagai
   nama jenis atau satuan ukuran.

   Misalnya:

          Mesin diesel, 10 volt, 5 ampere

7.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

   Misalnya:
       Bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris

Huruf kapital  tidak  dipakai  sebagai  huruf  pertama  nama  bangsa,  suku,  dan  bahasa  yang
dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.

Misalnya:

       Mengindonesiakan kata asing

       Keinggris-inggrisan


8.   Huruf  kapital  dipakai  sebagai  huruf  pertama  nama  tahun,  bulan,  hari,  hari  raya,,  dan
   peristiwa sejarah.

   Misalnya:

          tahun   Hijriah,  tarikh   Masehi,  bulan   Agustus,  bulan   Maulid,   hari   Jumat,  hari
          Galungan,   hari  Lebaran,   hari  Natal,  Perang  Candu,  Proklamasi  Kemerdekaan
          Indonesia.

   Huruf  kapital  tidak  dipakai  sebagai  huruf  pertama  peristiwa  sejarah  yang  tidak  dipkai
   sebagai nama.

   Misalnya:

          Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.

          Perlombaan senjata membawa resiko pecahnya perang dunia.

9.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.

   Misalnya:

          Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Cirebon, Danau Toba, Dataran Tinggi
          Dieng,  Gunung  Semeru,  Jalan  Diponegoro,  Jazirah  Arab,  Kali  Brantas,  Lembah
          Baliem, Ngarai Sianok, Pegunungan Jayawijaya, Selat Lombok, Tanjung Harapan,
          Teluk Benggala, Terusan Suez.

   Huruf  kapital  tidak  dipakai  sebagai  huruf  pertama  istilah  geografi  yang  tidak  menjadi

   unsur nama diri.


   Misalnya:

          berlayar ke teluk, mandi di kali, menyeberabangi selat, pergi ke arah tenggara

   Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai
   nama jenis.

   Misalnya:

          garam inggris, gula jawa, kacang bogor, pisang ambon

10. Huruf   kapital   dipakai   sebagai   huruf   pertama   semua   unsur   nama   negara,   lembaga
   pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi,  kecuali kata seperti dan.

   Misalnya:

          Republik  Indonesia;  Majelis  Permusyawaratan  Rakyat;  Departemen  Pendidikan
          dan   Kebudayaan;   Badan   Kesejahteraan   Ibu   dan   Anak;   Keputusan   Presiden
          Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972.

   Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama negara, lembaga
   pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.

   Misalnya:

          Menjadi  sebuah  republik,  beberapa  badan  hukum,  kerja  sama  antara  pemerintah
          dan rakyat, menurut undang-undang yang berlaku.

11. Huruf  kapital  dipakai  sebagai  huruf  pertama  setiap  unsur  bentuk  ulang  sempurna  yang
   terdapat   pada  nama   badan,   lembaga   pemerintah   dan  ketatanegaraan,   serta   dokumen
   resmi.

   Misalnya:

          Perserikatan  Bangsa-Bangsa,  Yayasan  Ilmu-Ilmu  Sosial,  Undang-Undang  Dasar
          Repulik Indonesia, Rancangan Undang-Undang Kepegawaian


12. Huruf  kapital  dipakai  sebagai  huruf  pertama  semua  kata  (termasuk  semua  unsur  kata
   ulang  sempurna)  di  dalam  nama  buku,  majalah,  surat  kabar  dan  judul  karangan,  kecuali
   kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.

   Misalnya:

          Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.

          Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

          Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.

          Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".

13. Huruf  kapital  dipakai  sebagai  huruf  pertama  unsur  singkatan  nama  gelar,  pangkat,  dan
   sapaan.

   Misalnya:
Dr.

M.A.

S.E.

S.H.

S.S.

Prof.

Tn.

Ny.

Sdr.
doctor

master of arts

sarjana ekonomi

sarjana hukum

sarjana sastra

professor

Tuan

Nyonya

saudara
14. Huruf  kapital  dipakai  sebagai  huruf  pertama  penunjuk  hubungan  kekerabatan  seperti
   bapak,   ibu,   saudara,   kakak,   adik,   dan   paman   yang   dipakai   dalam   penyapaan   dan
   pengacuan.


   Misalnya:

          "Kapan Bapak Berangkat?" tanya Harto.

          Adik bertanya, "Itu apa, Bu?"

          Surat  Saudara  sudah  saya  terima.

          "Silakan duduk, Dik!" kata Ucok.

          Besok Paman akan datang.

          Mereka pergi ke rumah Pak Camat.

          Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.

   Huruf  capital  tidak  dipakai  sebagai  huruf  pertama  kata  penunjuk  hubungan  kkerabatan
   yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.

   Misalnya:

          Kita semua harus menghormati bapak dan ibu kita.

          Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

   Misalnya:

          Sudahkah Anda tahu?

          Surat Anda telah kami terima.
B.   Huruf Miring

1.   Huruf  miring  dalam  cetakan  dipakai  untuk  menuliskan  nama  buku,  majalah  dan  surat
   kabar yang dikutip dalam tulisan.

   Misalnya:


          majalah  Bahasa  dan  Sastra,  buku  Negarakertagama  karangan  Prapanca,  surat
          kabar Suara Rakyat.

2.   Huruf  miring  dalam   cetakan  dipakai   untuk  menegaskan  atau  mengkhususkan  huruf,
   bagian kata, kata, atau kelompok kata.

   Misalnya:

          Huruf pertama kata abad adalah a.

          Dia buka menipu, tetapi ditipu.

          Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.

          Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.

3.   Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing,
   kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

   Misalnya:

          Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostama.

          Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.

          Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi 'pandangan dunia'

   Tetapi:

          Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
Catatan :

       Dalam Tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu
garis dibawahnya.


III.
PENULISAN KATA
A.  Kata Dasar

 Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

 Misalnya:

    Ibu percaya bahwa engkau tahu.

    Kantor pajak penuh sesak.

    Buku itu sangat tebal.
B.   Kata Turunan

1.   Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

   Misalnya:

          bergetar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan.

2.    Jika  bentuk  dasar  berupa   gabungan   kata,   awalan  atau  akhiran  ditulis   serangkai
   dengan  kata  yang  langsung  mengikuti  atau  mendahuluinya.  (Lihat  juga  keterangan
   tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)

   Misalnya:

          bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan.


3.    Jika  bentuk  dasar  yang  berupa  gabungan  kata  mendapat  awalan  dan  akhiran  sekaligus,
unsure gabungan kata itu ditulus serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab
V, Pasal E, Ayat 5.)

    Misalnya:

           menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburan

 4.   Jika  salah  satu  unsur  gabungan  kata  hanya  dipakai  dalam  kombinasi,  gabungan  kata  itu
    ditulis serangkai.

    Misalnya:

           adipati,  aerodinamika,  antarkota,  anumerta,  audiogram,  awahama,  bikarbonat,
biokimia,
ekawarna,
caturtunggal,
dasawarsa,
dekameter,
demoralisasi,
dwiwarna,
ekstrakurikuler,
elektroteknik,
infrastruktur,
inkonvensional,
introspeksi,   kolonialisme,   kosponsor,   mahasiswa,   mancanegara,   multilateral,
narapidana,     nonkolaborasi,     Pancasila,     panteisme,     paripurna,     poligami,
pramuniaga, prasangka, purnawirawan, reinkarnasi, saptakrida, semiprofessional,
subseksi, swadaya, telepon, transmigrasi, tritunggal, ultramodern
catatan:

1)   Jika  bentuk  terikat  diikuti  oleh  kata  yang  huruf  awalnya  adalah  huruf  kapital,  di
   antara kedua unsur itu harus dituliskan tanda hubung (-).

   Misalnya:

       non-Indonesia, pan-Afrikanisme

2)   Jika  kata  maha  sebagai  unsur  gabungan  diikuti  kata  esa  dan  kata  yang  bukan  kata
   dasar, gabungan itu ditulis terpisah.


Misalnya:

   Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.

   Marilah kita beersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
C.  Kata Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan  tanda hubung.

Misalnya:

   anak-anak,  buku-buku,  kuda-kuda,  mata-mata,  hati-hati,  undang-undang,  biri-biri,  kupu-
   kupu,  kura-kura,  laba-laba,  sia-sia,  gerak-gerik  hura-hura,  lauk-pauk,  mondar-mandir,
   ramah-tamah,    sayur-mayur,    centang-perenang,    porak-poranda,    tunggang-langgang,
   berjalan-jalan,      dibesar-besarkan,      menulis-nulis,      terus-menerus,      tukar-menukar,

   hulubalang-hulubalang, bumiputra-bumiputra
D.  Gabungan Kata

1.   Gabungan   kata   yang  lazim  disebuta  kata   majemuk,   termasuk  istilah  khusus,  unsur-
   unsurnya ditulis terpisah.

   Misalnya:

          duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis,
          model linier, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat.

2.   Gabungan   kata,   termasuk   istilah   khusus,   yang   mungkin   menimbulkan   kesalahan
   pengertian  dapat  ditulis  dengan  tanda  hubung  untuk  menegaskan  pertalian  unsur  yang
   bersangkutan.


   Misalnya:

          Alat  pandang-dengar,  anak-istri  saya,  buku  sejarah-baru,  mesin-hitung  tangan,
          ibu-bapak kami, watt-jam, orang-tua muda.

3.   Gabungan kata berikut ditulis serangkai.

   Misalnya:

   Adakalanya,    akhirulkalam,    Alhamdulillah,    astaghfirullah,    bagaimana,    barangkali,
   bilamana,    bismillah,    beasiswa,    belasungkawa,    bumiputra,    daripada,     darmabakti,
   darmawisata,     dukacita,    halalbihalal,     hulubalang,     kacamata,     kasatmata,    kepada,
   karatabaasa,  kilometer,  manakala,  manasuka,  mangkubumi,  matahari,  olahraga,  padahal,
   paramasastra,   peribahasa,   puspawarna,   radioaktif,   saptamarga,   saputangan,   saripati,
   sebagaimana,  sediakala,  segitiga,  sekalipun,  silaturrahmin,  sukacita,  sukarela,  sukaria,
   syahbandar, titimangsa, wasalam

E.   Kata Ganti -ku-, kau-, -mu, dan -nya

Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku-, -mu, dan -nya
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

   Apa yang kumiliki boleh kauambil.

   Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.


F.   Kata Depan di, ke, dan dari

Kata  depan  di,  ke,  dan  dari  ditulis  terpisah  dari  kata  yang  mengikutinya,  kecuali  di  dalam
gabungan  kata  yang  sudah  lazim  dianggap  sebagai  satu  kata  seperti  kepada  dan  daripada.
(Lihat juga Bab III, Pasal D, Ayat 3.)

Misalnya:

   Kain itu terletak di dalam lemari.

   Bermalam sajalah di sini.

   Di mana Siti sekarang?

   Mereka ada di rumah.

   Ia ikut terjun di tengah kancah perjuangan.

   Ke mana saja ia selama ini?

   Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.

   Mari kita berangkat ke pasar.

   Saya pergi ke sana-sini mencarinya.

   Ia datang dari Surabaya kemarin.


Catatan:

Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini dtulis serangkai.

   Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.

   Kami percaya sepenuhnya kepadanya.

   Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.

   Ia masuk, lalu keluar lagi.

   Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.

   Bawa kemari gambar itu.

   Kemarikan buku itu.

   Semua orang terkemuka di desa hadir dalam kenduri itu.
G.  Kata Si dan Sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya:

   Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.

   Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
H.  Partikel

1.   Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

   Misalnya:

          Bacalah buku itu baik-baik.


          Apakah yang tersirat dalam dalam surat itu?

          Jakarta  adalah  ibukota  Republik  Indonesia.

          Siapakah gerangan dia?

          Apatah gunanya bersedih hati?

2.   Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

   Misalnya:

          Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.

          Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.

          Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.

          Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.
Catatan:

Kelompok    yang    lazim    dianggap    padu,    misalnya    adapun,    andaipun,
bagaimanapun,     biarpun,     kalaupun,     kendatipun,     maupun,     meskipun,
  ataupun,
sekalipun,
   sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.

   Misalnya:

          Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.

          Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.

          Baik mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi.

          Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.

          Walaupun miskin, ia selalu gembira.

3.   Partikel  per  yang  berarti  'mulai',  'demi',  dan  'tiap'  ditulis  terpisah  dari  bagian  kalimat


yang mendahului atau mengikutinya.

Misalnya:

       Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.

       Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.

       Harga kain itu Rp 2.000,00 per helai.
I.    Singkatan dan Akronim

1.   Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.

   a.    Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda
       titik.

       Misalnya:

              A.S Kramawijaya

              Muh. Yamin

              Suman Hs.

              Sukanto S.A.
M.B.A

M.Sc.

S.E.

S.Kar.

S.K.M

Bpk.
master of business administration

master  of science

sarjana   ekonomi

sarjana karawitan

sarjana kesehatan masyarakat

Bapak


Sdr.

Kol.
saudara

kolonel
b.   Singkatan    nama    resmi    lembaga    pemerintah    dan    ketatanegaraan,    badan    atau
   organisasi,  serta  nama  dokumentasi  resmi  yang  terdiri  atas  huruf  awal  kata  ditulis
   dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.

   Misalnya:
DPR

PGRI

GBHN

SMTP

PT

KTP
Dewan Perwakilan Rakyat

Persatuan Guru Republik Indonesia

Garis-Garis Besar Haluan Negara

sekolah menengah tingkat pertama

perseroan terbatas

kartu tanda penduduk
c.    Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.

   Misalnya:
dll.

dsb.

dst.

hlm.

sda.

Yth. (Sdr. Moh. Hasan)
dan lain-lain

dan  sebagainya

dan   seterusnya

halaman

sama dengan atas

Yang terhormat (Sdr. Moh. Hasan)
Tetapi:
a.n.
atas nama


d.a.

u.b.

u.p.
dengan alamat

untuk beliau

untuk perhatian
d.   Lambang  kimia,  singkatan  satuan  ukuran,  takaran,  timbangan,  dan  mata  uang  tidak
   diikuti tanda titik.

   Misalnya:
Cu

TNT

cm

kVA

l

kg

Rp (5.000,00)
cuprum

trinitrotulen

sentimeter

kilovolt-ampere

liter

kilogram

(lima ribu) rupiah
2.   Akronim kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti
   tanda titik.

   a.    Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis selurhnya
       dengan huruf capital.

       Misalnya:
ABRI

LAN

PASI

IKIP
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

Lembaga Administrasi Negara

Persatuan Atletik Seluruh Indonesia

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan


SIM
surat izin mengemudi
b.   Akronim  nama  diri  yang  berupa  gabungan  suku  kata  atau  gabungan  huruf  dan  suku
   kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kaptal.

   Misalnya:
Akabri

Bappenas

Nasional Iwapi

Kowani

Sespa
Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

Badan   Perencanaan   Pembangunan

Ikatan  Wanita  Pengusaha  Indonesia

Kongres Wanita Indonesia

Sekolah Staf Pimpinan Administrasi
c.    Akronim  yang  bukan  nama  diri  yang  berupa  gabungan  huruf,  suku  kata,  ataupun
   gabungan huruf dan kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

   Misalnya:
pemilu

radar

rapim

rudal

tilang
pemilihan umum

radio detecting and ranging

rapat pimpinan

peluru kendali

bukti pelanggaran
catatan:

   jika  dianggap  perlu  membentuk  akronim,  hendaknya  diperhatikan  syarat-syarat
   berikut.  (1)  Jumlah  suku  kata  akronim  jangan  melebihi  jumlah  suku  kata  yang
   lazim   pada   kata    Indonesia.   (2)   Akronim   dibentuk   dengan   mengindahkan
   keserasian kombinasi vocal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia

   yang lazim.


J.   Angka dan Lambang Bilangan

1.   Angka dipakai  untuk  menyatakan  lambang  bilangan  atau  nomor.  Di dalam tulisan lazim
   digunakan angka Arab atau angka Romawi.

          Angka Arab       : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

          Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M
                           (1000), V (5.000), M (1.000.000)

   Pemakaiannya diatur leih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.

2.   Angka  digunakan  untuk  menyatakan  (i) ukuran  panjagng,  berat,  luas,  dan  isi, (ii) satuan
   waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.

   Misalnya:
0,5 sentimeter

5 kilogram

4 meter persegi

10 liter

Rp5.000,00

US$3.50*

$5.10*

Y100

2.000 rupiah
1 jam 20 menit

pukul 15.00

tahun 1928

17 Agustus 1945

50 dolar Amerika

10 paun Inggris

100 yen

10 persen

27 orang
* Tanda titik di sini merupakan tanda decimal.


3.   Angka  lazim  dipakai  untuk  melambangka  nomor  jalan,  rumah,  apartemen,  atau  kamar
   pada alamat.

   Misalnya:

          Jalan Tanah Abang I No. 15

          Hotel Indonesia, Kamar 169

4.   Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.

   Misalnya:

          Bab X, Pasal 5, halaman 252

          Surah Yasin: 9

5.   Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.

   a.    Bilangan utuh

       Misalnya:
       Dua belas

       Dua puluh dua

       Dua ratus dua puluh dua

b.   Bilangan pecahan

   Misalnya:

       Setengah

       Tiga perempat

       Seperenam belas

       Tiga dua pertiga
12

22

222
1/2

3/4

1/16

3 2/3


Seperseratus

Satu persen

Satu permil

Satu dua persepuluh
1/100

1 %

1‰

1,2
6.   Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.

   Misalnya:

          Paku  Buwono X; pada  awal  abad XX; dalamkehidupan abad  ke-20 ini;  lihan  Bab
          II;  Pasal  5;  dalam  bab  ke-2  buku  itu;  di  daerah  tingkat  II  itu;  di  tingkat  kedua
          gedung itu; di tingkat ke-2 itu; kantor di tingkat II itu.

7.   Penulisan  lambang  bilangan  yang  mendapat  akhiran  -an  mengikuti  cara  yang  berikut.
   (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)

   Misalnya:
tahun '50-an

uang 5000-an

lima uang 1.000-an
atau tahun lima puluhan

atau uang lima ribuan

atau lima uang seribuan
8.   Lambang bilangan  yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf,
   kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian
   dan pemaparan.

   Misalnya:

          Amir menonton drama itu sampai tiga kali.

          Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.

          Di  antara  72  anggota  yang  hadir,  52  orang  setuju,  15  orang  tidak  setuju,  dan  5
          orang memberikan suara blangko.


          Kendaraan  yang  ditempah  untuk  pengangkutan  umum  terdiri  atas  50  bus,  100
          helicak, 100 bemo.

9.   Lambang  bilangan  pada  awal  kalimat  ditulis  dengan  huruf.  Jika  perlu,  susunan  kalimat
   diubah  sehingga  bilangan  yang  tidak  dapat  dinyatakan  dengan  satu  atau  dua  kata  tidak
   terdapat pada awal kalimat.

   Misalnya:

          Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.

          Pak Darmo mengundang 250 orang tamu

   Bukan:

          15 orang tews dalam kecelakaan itu.

          Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.

10. Angka yang menunjukkan bilangan utuh secara besar dapat dieja

   Misalnya:

          Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.

          Penduduk Indonesia brjumlah lebi dari 200 juta orang.

11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks, kecuali di dalam
   dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.

   Misalnya:

          Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.

          Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.

   Bukan:

          Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pgawai.


          Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.

12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.

   Misalnya:

          Saya  lampirkan  tanda  terima  uang  sebesar  Rp999,75  (Sembilan  ratus  Sembilan
          puluh Sembilan dan tujh puluh lima perseratus rupiah).

   Bukan:

       Saya  lampirkan  tanda  terima  uang  sebesar  999,75  (Sembilan  ratus  Sembilan  puluh
       Sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.
IV.
PENULISAN UNSUR SERAPAN
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai  bahasa lain, baik dari
bahasa  daerah  maupun   dari  bahasa  asing,  seperti  Sansekerta,  Arab,  Portugis,  Belanda,  atau
Inggris.  Berdasarkan  taraf  integrasinya,  unsure  pinjaman  dalam  bahasa  Indonesia  dapat  dibagi
atas  dua  golongan  besar.  Pertama,  unsur  pinjaman  yang  belum  sepenuhnya  terserap  ke  dalam

bahasa  Indonesia,  seperti  reshuffle,  shuttle  cock,  l'axplanation  de  l'homme.  Unsur-unsur  yang
dipakai  dalam  konteks  bahasa  Indonesia,  tetapi  pengucapannya  masih  mengikuti  cara  asing.
Kedua,  unsur  pinjaman  yang  pengucapan  dan  penulisannya  disesuaikan  dengan  kaidah  bahasa
Indonesia.  Dalam  hal  ini  diusahakan  agar  ejaannya  hanya  diubah  seperlunya  sehingga  bentuk
Indonesianya masih dapat dibandingkan  dengan bentuk asalnya.


       Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsure serapan itu sebagai berikut.

aa (Belanda) menjadi a
paal

baal

actaaf
pal

bal

oktaf
ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
aerob

aerodimanics
aerob

aerodonamika
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
       haemoglobin

       haematite

ai tetap ai

       trailer

       caisson

au tetap au

       audiogram

       autrotoph
hemoglobin

hematit
trailer

kaison
audiogram

autrotof


tautomer

hydraulic

caustic
tautomer

hidraulik

kaustik
c di muka a, u, o dan konsonan mejadi k
calomel

construction

cubic

coup

classification

crystal
kalomel

konstruksi

kubik

kup

klasifikasi

kristal
c di muka e, i, oe, dan y menjadi s
central

cent

cybernetics

circulation

cylinder

ceolom
sentral

sen

sibernetika

sirkulasi

silinder

selom
cc  di  muka  o, u  dan konsonan  menjadi  k
accomodation

acculturation

acclimatization
akomodasi

akulturasi

aklimatisasi


       accumulation

       acclamation

cc di muka e dan i menjadi ks

       accent

       accessory

       vaccine
akumulasi

aklamasi
aksen

aksesori

vaksin
cch dan ch di muka a, o dan konsonan menjadi k
saccharin

charisma

cholera

chromosome

technique
sakarin

karisma

kolera

kromosom

teknik
ch yang lafalnya s atau sy menjadi s
       echelon

       machine

ch yang lafalnya c menjadi c

       check

\            China

ç (Sanskerta) menjadi s

       çabda

       çastra
eselon

mesin
cek

Cina
sabda

sastra


e tetap e

       effect

       description

       synthesis

ea tetap ea

       idealist

       habeas

ee (Belanda) menjadi e

       stratosfeer

       systeem

ei tetap ei

       eicosane

       eidetic

       einsteinium

eo tetap eo

       stereo

       geometry

       zeolite

eu tetap eu

       neutron

       eugenol
efek

deskripsi

sintesis
idealis

baheas
stratosfer

sistem
eikosan

eidetik

einsteinium
stereo

geometri

zeolit
neutron

eugenol


europium
europium
f tetap f

       fanatic

       factor

       fossil

gh menjadi g

       sorghum

gue menjadi ge

       igue

       gigue
fanatik

factor

fosil
sorgum
ige

gige
i pada awal suku kata di muka vokal tetap i
iambus

ion

iota
iambus

ion

iota
ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i
politiek

riem
politik

rim
ie tetap ie jika lafalnya bukan i
variety

patient

afficient
varietas

pasien

efisien


kh (Arab) tetap kh

       khusus

       akhir

ng tetap ng

       contingent

       congres

       linguistics

oe (oi Yunani) menjadi e

       oestrogen

       oenology

       foetus

oo (Belanda) menjadi o

       komfoor

       provoost

oo (Inggris) menjadi u

       cartoon

       proof

       pool

oo (vokal ganda) tetap oo

       zoology

       coordination
khusus

akhir
kontingen

kongres

linguistik
estrogen

enology

fetus
kompor

provos
kartun
pruf

pul
zoology

koordinasi


ou menjadi u jika lafalnya u

       gouverneur

       coupon

       contour

ph menjadi f

       phase

       physiology

       spectograph

ps tetap ps

       pseudo

       psychiatry

       psychic

       psychosomatic

pt tetap pt

       pterosaur

       pteridology

       ptyalin

q menjadi k

       aquarium

       frequency

       equator
gubernur

kupon

kontur
fase

fisiologi

spektograf
pseudo

psikiatri

psikis

psikosomatik
pterosaur

pteridologi

ptyalin
akuarium

frekuensi

       ekator


rh menjadi r

       rhapsody

       rhombus

       rhythm

       rhetoric
rapsodi

rombus

ritme

retorika
sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk
scandium

scoptopia

scutella

sclerosis

scriptie
skandium

skoptopia

skutela

sklerosis

skripsi
sc di muka e, i, dan y menjadi s
       scenography

       scintillation

       scyphistoma

sch di muka vokal menjadi sk

       schema

       schizophrenia

       scholasticism
senografi

sintilasi

sifistoma
       skema

skizofrenia

skolastisisme
t di muka i menjadi s jika lafalnya s
ratio
rasio


       actie

       patient

th menjadi t

       theocracy

       orthography

       thiopental

       thrombosis

       methode (Belanda)

u tetap u

       unit

       nucleolus

       structure

       institute

ua tetap ua

       dualism

       aquarium

ue tetap ue

       suede

       duet

ui tetap ui

       equinox
aksi

pasien
teokrasi

ortografi

tiopental

trombosis

metode
unit

nucleolus

struktur

institute
dualism

akuarium
sued

duet
ekuinoks


       conduite

uo tetap uo

       fluorescein

       quorum

       quota

uu menjadi u

       prematuur

       vacuum

v tetap v

       vitamin

       television

       cavalery

x pada awal kata tetap x

       xanthate

       xenon

       xylophone

xc di muka e dan i menjadi ks

       exception

       excess

       excision

       excitation
konduite
fluoresein

kuorum

kuota
prematur

vakum
vitamin

televisi

kavaleri
xantat

xenon

xilofon
eksepsi

ekses

eksisi

eksitasi


xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk
       excavation

       excommunication

       excursive

       exclusive

y tetap y jika lafalnya y

       yakitori

       yangonin

       yen

       yuan

y manjadi y jika lafalnya i

       yttrium

       dynamo

       propyl

       psyschology

z tetap z

       zenith

       zirconium

       zodiac

       zygote
ekskavasi

ekskomunikasi

ekskursif

eksklusif
yakitori

yangonin

yen

yuan
itrium

dinamo

propil

psikologi
zenith

zirkonium

zodiak

zigot
konsonan ganda menjadi tunggal, kecuali kalau dapat membingungkan.


Misalnya:

       gabbro

       accu

       effect

Tetapi:

       mass
gabro

aki

efek
commission

ferrum

salfeggio
komisi

ferum

salfegio
massa
Catatan:

   1.   Unsur pungutan yang sudah lazim dieja sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia tidak perlu
       lagi diubah.

       Misalnya:

              Kabar, sirsak, iklan, erlu, bengkel, hadir

   2.   Sekalipun  dalam  ejaan  yang  dismpurnakan  huruf  q  dan  x  diterima  sebagai  bagian  abjad
       bahasa  Indonesia,  unsur   yang  mengandung   kedua  huruf  itu  diindonesiakan   menurut
       kaidah  yang  terurai  di  atas.  Kedua  huruf  itu  dipergunakan  dalam  penggunaan  tertentu
       saja, seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus.

              Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, berikut ini

       didaftarkan  juga  akhiran-akhiran  asing  serta  penyesuaiannya  dalam  bahasa  Indonesia.
       Akhiran itu diserap sebagai bagian  kata  yang utuh. Kata seperti standarisasi, efektif, dan
       implementasi diserap secara utuh di samping kata standar, efek, dan implemen.

-aat (Belanda) menjadi -at
       advocaat

-age menjadi -ase
advokat


percentage

etalage
persentase

etalase
-al, -eel (Belanda), -aal (Belanda) menjadi -al
       structural, structureel

       formal, formeel

       normal, normaal

-ant menjadi -an

       accountant

       informant
structural

formal

normal
akuntan

informan
-archy, -archie (Belanda) menjadi -arki
       anarchy, anarchie

       oligarchy, oligarchie

-ary, -air (Belanda) menjadi -er

       complementary,

       complementair

       primary, primair

       secondary, secondair
anarki

oligarki
komplementer
primer

sekunder
-(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -as
       action, actie

       publication, publicatie

-eel (Belanda) menjadi -el
aksi

publikasi


       ideëel

       materieel

       moreel

-ein tetap -ein

       casein

       protein
ideel

materiel

morel
kasein

protein
-ic, -ics, ique, -iek, -ica (Belanda) menjadi -ik, -ika
logic, logica

phonetics, phonetiek

physics, physica

dialectics, dialektica

technique, techniek
logika

fonetik

fisika

dialektika

teknik
-ic, -isch (adjektiva Belanda) menjadi -ik
       electronic, elektronisch

       mechanic, mechanisch

       ballistic, ballistisch

-ical, isch (Belanda) menjadi -is

       economical, economisch

       practical, practisch

       logical, logisch

-ile, -iel menjadi -il
elektronik

mekanik

balistik
ekonomis

praktis

logis


       percentile, percentiel

       mobile, mobiel

-ism, isme (Belanda) menjadi -isme

       modernism, modernisme
persenril

mobil
modernisme
communism, communisme
-ist menjadi -is

       publicist

       egoist

-ive, -ief (Belanda) menjadi -if

       descriptive, descriptief

       demonstrative, demonstratief

-logue menjadi -log

       catalogue

       dialogue

-logy, -logie (Belanda) menjadi -logi

       technology, technologie

       physiology, physiologie

       analogy, analogie

-loog (Belanda) menjadi -log

       analoog

       epiloog
komunisme
publisis

egois
       deskriptif

demonstratif
catalog

dialog
teknologi

fisiologi

analogi
analog
epilog


-oid, -oide (Belanda) menjadi -oid

       hominoid, hominoide

       anthropoid, anthropoide

-oir(e) menjadi -oar

       trotoir

       repertoire

-or, -eur (Belanda) menjadi -ur, -ir

       director, directuer

       inspector, inspectuer

       amateur

       formateur

-or tetap -or

       dictator

       corrector

-ty, -teit (Belanda) menjadi -tas

       university, universiteit

       quality, kwaliteit

-ure, -uur (Belanda) menjadi -ur

       structure, struktuur

       premature, prematuur
hominoid

anthropoid
trotoar

repertoar
direktur

inspektur

amatir

formatur
diktator

korektor
universitas

kualitas
struktur

prematur


V.
PEMAKAIAN TANDA BACA
A.  Tanda Titik (.)

1.   Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

   Misalnya:

          Ayahku tinggal di Solo.

          Biarlah mereka duduk di sana.

          Dia menanyakan siapa yang akan

          datang. Hari ini tanggal 6 April 1973.

          Marilah kita mengheningkan cipta.

          Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.

2.   Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar.

   Misalnya:

          a.    III. Departemen Dalam Negeri

                   A.  Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa

                   B.   Direktorat Jenderal Agraria


1.   ?
b.   1. Patokan Umum

   1.1 Isi Karangan

   1.2 Ilustrasi
1.2.1
1.2.2
1.2.3
Gambar Tangan
Tabel
Grafik
Catatan :

       Tanda tititk  tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar
jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
3.   Tanda  titik  dipakai  untuk  memisahkan  angka  jam,  menit,  dan  detik  yang  menunjukkan
   waktu.

   Misalnya:

          Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

4.   Tanda  titik  dipakai  untuk  memisahkan  angka  jam,  menit,  dan  detik  yang  menunjukkan
   jangka waktu.

   Misalnya:

          1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)

          0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)

          0.0.30 jam (30 detik)


5.   Tanda  titik dipakai  dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak
   berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.

   Misalnya:

          Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.

6a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.

       Misalnya:

              Desa itu berpenduduk 24.200 orang.

              Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.

6b.  Tanda  titik  dipakai  untuk  memisahkan  bilangan  ribuan  atau  kelipatannya  yang  tidak
menunjukkan jumlah.

       Misalnya:

              Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.

              Lihat halaman 2345 seterusnya.

              Nomor gironya 5645678.

7.   Tanda  titik  tidak  dipakai  pada  akhir  judul  yang  merupakan  kepala  karangan  atau  kepala
   ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara kunjungan Adam Malik

Bentuk dan Kedaulatan (Bab 1 UUD '45)

Salah Asuhan


8.   Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal suat atau (2) nama
   dan alamat surat.

   Misalnya:

          Jalan Diponegoro 82 (tanpa titik)

          Jakarta (tanpa titik)

          1 April 1985 (tanpa titik)
Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)

Jalan Arif 43 (tanpa titik)

Palembang (tanpa titik)
Atau:
Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)

Jalan Cikini 71 (tanpa titik)

Jakarta (tanpa titik)
B.   Tanda Koma (,)

1.   Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.


          Saya membeli kertas, pena, dan tinta.

          Surat biasa, surat kilat, maupun surat khusus memerlukan prangko.

          Satu, dua, ? tiga!

2.   Tanda  koma  dipakai  untuk  memisahkan  kalimat  setara  yang  satu  dari  kalimat  setara
   berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi, atau melainkan.

   Misalnya:

          Saya ingin datang, tetapi hari hujan.

          Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.

 3a.  Tanda  koma  dipakai  untuk  memisahkan  anak  kalimat  dari  induk  kalimat  jika  anak
    kalimat itu mendahului indukn kalimatnya.

       Misalnya:

              Kalau hari hujan, saya tida datang.

              Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

  3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
     kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.

     Misalnya:

              Saya tidak akan datang kalau hari hujan.

              Dia lupa akan janjinya karena sibuk.

              Dia tahu bahwa soal itu penting.

4.   Tanda  koma  dipakai  di  belakang  kata  atau  ungkapan  penghubung  antarkalimat  yang
   terdapat  pada  awal  kalimat.  Termasuk  di  dalamnya  oleh  karena  itu,  jadi,  lagi  pula,
   meskipun begitu, akan tetapi.


          ?. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.

          ?. Jadi, soalnya tidak semudah itu.

5.   Tanda  koma dipakai  untuk  memisahkan  kata  seperti  o, ya,  wah,  aduh,  kasihan  dari  kata
   lain yang terdapat di dalam kalimat.

   Misalnya:

          O, begitu?

          Wah, bukan main!

          Hati-hati, ya, nanti jatuh.

6.   Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
   (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M.)

   Misalnya:

          Kata ibu "Saya gembira sekali."

          "Saya gembira sekali," kata ibu, "karena kamu lulus."

7.   Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat
   dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

   Misalnya:

          Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas
          Indonesia, Jalan raya Salemba 6, Jakarta.

          Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor.

          Kuala Lumpur, Malaysia.

8.   Tanda  koma  dipakai  untuk  menceraikan   bagian  nama  yang  dibalik  susunannya  dalam
   daftar pustaka.


          Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan
          2. Djakarta:PT Pustaka Rakjat.

9.   Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.

   Misalnya:

          W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta:

          UP Indonesia, 1967), hlm. 4.

10.   Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik  yang mengikutinya utnuk
   membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

   Misalnya:

       B. Ratulangi, S.E.

       Ny. Khadijah, M.A.

11. Tanda  koma  dipakai  di  muka  angka  persepuluh  atau  di  antara  rupiah  dan  sen  yang
   dinyatakan dengan angka.

   Misalnya:

          12,5 m

          Rp12,50

12. Tanda    koma   dipakai    untuk    mengapit   keterangan    tambahan    yang    sifatnya    tidak
   membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab V, Pasal F.)

   Misalnya:

          Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.

          Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang aki-laki yang makan sirih.


          Semua  siswa,  baik  yang  laki-laki  maupun  perempuan,  mengikuti  latihan  paduan
          suara.

   Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma:

          Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.

13.Tanda  koma  dapat  dipakai?untuk  menghindari  salah  baca?di  belakang
   keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

   Misalnya:

          Dalam upaya pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang
          sungguh-sungguh.

          Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.

   Bandingkan dengan:

          Kita  memerlukan  sikap  yang  bersungguh-sungguh  dalam  upaya  pembinaan  dan
          pengembanagan bahasa.

          Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus.

14. Tanda  koma  tidak  dipakai  untuk  memisahkan  petikan  langsung  dari  bagian  lain  yang
   mengiringinya  dalam  kalimat  jika  petikan  langung  itu  berakhir  dengan  tanda  tanya  atau
   seru.

   Misalnya:

          "Di mana Saudara tinggal?" tanya Karim.

          "Berdiri lurus-lurus!" perintahnya.
C.  Tanda Titik Koma (;)

1.   Tanda  titik  koma  dapat  dipakai  untuk  memisahkan  bagian-bagian  kalimat  yang  sejenis


   dan setara.

   Misalnya:

          Malam akan larut; pekerjaan belum selesai juga

2.   Tanda  titik  koma  dapat  dipakai  sebagai  pengganti  kata  penghubung  untuk  memisahkan
   kalimat yang setara dalam kalimat majemuk.

   Misalnya:

          Ayah  mengurus   tanamannya  di  kebun  itu;  ibu  sibuk  bekerja  di  dapur;  Adik
   menghafal   nama-nama   pahlawan   nasional;   saya   sendiri   asyik   mendengarkan   siaran
   "Pilihan Pendengar".
D.  Tanda Dua Titik (:)

1a. Tanda titik dua   dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian
    atau pemerian.

       Misalnya:

              Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.

              Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.

1b.  Tanda  titk  dua  tidak  dipakai  jika  rangkaian  atau  perian  itu  merupakan  pelengkap  yang
    mengkahiri pernyataan.

       Misalnya:

              Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

          Fakultas    itu   mempunyai    Jurusan   Ekonomi   Umum   dan   Jurusan   Ekonomi


          Perusahaan.

2.   Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

   Misalnya:
a.    Ketua

   Sekretaris

   Bendahara

b.   Tempat Sidang

   Pengantar Acara

   Hari

   Waktu
: Ahmad Wijaya

: S. Handayani

: B. Hartawan

: Ruang 104

: Bambang S.

: Senin

: 09.30
3.   Tanda  titik  dua dapat  dipakai  dalam  teks  drama sesudah  kata  yang menunjukkan  pelaku
   dalam percakapan.

   Misalnya:

          Ibu       : (meletakkan beberapa kopor) "Bawa kopor ini, Mir!"

          Amir    : "Baik, Bu." (mengangkat kopor dan masuk)

          Ibu       : "Jangan lupa. Letakkan baik-baik!" (duduk di kursi besar)

4.   Tanda  titik dua dipakai  (i) di antara  jilid atau nomor dan halaman,  (ii) di antara bab dan
   ayat  dalam  kitab  suci,  (iii)  di  antara  judul  dan  anak  judul  suatu  karangan  ,  serta  (iv)  di
   antara nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.

   Misalnya:

          Tempo, I (34), 1971: 7

          Surah Yasin: 9


Karangan Ali Hakim, Pedidikan Seumur Hidup: sebuah Studi, sudah terbit.

Tjokronegoro,  Sutomo,  Tjukuplah  Saudara  Membina  Bahasa  Persatuan  Kita?
Djakarta: Eresco, 1968.
E.   Tanda Hubung (-)

1.   Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.

   Misalnya:
Di samping cara-cara lama itu ju-

ga cara yang baru
suku kata yang berupa satu vocal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.

Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu

telah disampaikan ?.

Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau

beranjak ?.
Atau


Beberapa pendapat mengenai masalah

Itu telah disampaikan ?.

Walaupun sakit, mereka tetap tidak

 mau beranjak ?.
Bukan:
Beberapa pendapat mengenai masalah i-

tu telah disamapaikan ?.

Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma-

u  beranjak ?.
2.   Tanda  hubung  menyambung  awalan  dengan  bagian  kata  di  belakangnya  atau  akhiran
   dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.

   Misalnya:
Kini ada acara baru untuk meng-

ukur panas.

Kukuran baru ini memudahkan kita me-

ngukur kelapa.

Senjata merupakan alat pertahan-


an yang canggih.
   Akhiran i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.

3.   Tanda hubung meyambung unsur-unsur kata ulang.

   Misalnya:

          Anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan

   Angka   2 sebagai  tanda  ulang  hanya  digunakan  pada  tulisan  cepat  dan  notula,  dan  tidak
   dipakai pada teks karangan.

4.   Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.

   Misalnya:

          p-a-n-i-t-i-a

          8-4-1973

5.   Tanda  hubung  boleh  dipakai  untuk  memperjelas  (i)  hubungan  bagian-bagian  kata  atau
   ungkapan, dan (ii) penghilangan baian kelompok kata.

   Misalnya:

          ber-evolusi,    dua    puluh    lima-ribuan    (20    x    5.000),    tanggung    jawab-dan
          kesetiakawanan-sosial

   Bandingkan dengan:
Be-revolusi,    dua-puluh-lima-ribuan
kesetiakawanan sosial
(1    x    25.000),
tanggung    jawab    dan
6.   Tanda  hubung  dipakai  untuk  merangkai  (i)  se-  dengan  kata  berikutnya  yang  dimulai
   dengan  huruf  kapital,   (ii)  ke-  dengan  angka,   (iii)  angka  dengan  -an,  (iv)  singkatan
   berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.


   Misalnya:

          se-Indonesia,  se-Jawa  Barat,  hadiah  ke-2,  tahun  50-an,  mem-PHK-kan,  hari-H,
          sinar-X; Menteri Sekretaris Negara.

7.   Tanda   hubung  dipakai   untuk  merangkaikan  unsure  bahasa  Indonesia  dengan  unsure
   bahasa asing.

   Misalnya:

          di-smash, pen-tackle-an
F.  Tanda Pisah (?)

1.   Tanda  pisah  membatasi  penyisipan  kata  atau  kalimat  yang  memberi  penjelasan  di  luar
   bangun kalimat.

   Misalnya:

          Kemerdekaan bangsa itu?saya yakin akan tercapai?diperjuangkan
          oleh bangsa itu sendiri.

2.   Tanda  pisah menegaskan  adanya  keterangan  oposisi atau  keterangan  yang  lain  sehingga
   kalimat menjadi lebih jelas.

   Misalnya:

          Rangkaian   temuan    ini?evolusi,    teori    kenisbian,   dan    kini    juga
          pembelahan atom?telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.

3.   Tanda pisah dipakai di antara dua dilangan atau tanggal dengan arti 'sampai dengan' atau
   'sampai ke'.

   Misalnya:

          1910?1945


Tanggal 5?10 April 1970

Jakarta?Bandung
Catatan:

       Dalam  pengetikan,  tanda  pisah  dinyatakan  dengan  dua  buah  tanda  hubung  tanpa
       spasi sebelum dan sesudahnya.
G.  Tanda Elipsis (?)

1.   Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.

   Misalnya:

          Kalau begitu ? ya, marilah kita bergerak.

2.   Tanda  elipsis  menunjukkan  bahwa  dalam  satu  kalimat  atau  naskah  ada  bagian  yang
   dihilangkan.

   Misalnya:

          Sebab-sebab kemerosotan ? akan diteliti lebih lanjut.
Catatan:

       Jika  bagian  yang  dihilangkan  mengakhiri  sebuah  kalimat,  perlu  dipakai  empat
       buah   titik;   tiga   buah   titik   untuk   menandai   penghilangan   teks   dan  atu  untuk
       menandai akhir kalimat.

Misalnya:

       Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati?.


H.  Tanda Tanya (?)

1.   Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.

   Misalnya:

          Kapan ia berangkat?

          Saudara tahu, bukan?

2.   Tanda   taya   dipakai   dalam   tanda   kurung   untuk   menyatakan   bagian   kalimat   yang
   disangsikan atau yang kurang dapat membuktikan kebenarannya.

   Misalnya:

          Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?).

          Uangnya sebanyak 10 jta rupiah (?) hilang.
I.    Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesuda ungkapan  atau pernyataan  yang berupa seruan atau perintah  yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.

Misalnya:

       Alangkah seramnya peristiwa itu!

      Bersihkan kamar itu sekarang juga!

      Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak-I

      strinya. Merdeka!
J.   Tanda Kurung ((?))


1.   Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

   Misalnya:

          Bagian  Perencanaan  sudah  selesai menyusun DIK (Daftar  Isian  Kegiatan)  kantor
          itu.

2.   Tanda  kurung  mengapit  keterangan  atau  penjelasan  yang  bukan  bagian  integral  pokok
   pembicaraan.

   Misalnya:

          Sajak Tranggono  yang berjudul "Ubud" (nama yang terkenal di Bali) ditulis pada
          tahun 1962.

          Keterangan  itu  (lihat  Tabel  10)  menunjukkan  arus  perkembangan  baru  dalam
          pasaran dalam negeri.

3.   Tanda   kurung   mengapit   huruf   atau   kata   yang   kehadirannya   di   dalam   teks   dapat
   dihilangkan.

   Misalnya:

          Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain (a).

          Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.

4.   Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.

   Misalnya:

          Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
K.  Tanda Kurung Siku ([?])

1.   Tanda   kurung  siku  mengapit  huruf,  kata,  atau   kelompok   kata  sebagai   koreksi  atau
   tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan


   bahwa kesalahan atau ekurangan itu memang terdapat di naskah asli.

   Misalnya:

          Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

2.   Tanda  kurung  siku  menapit  keterangan  dalam  kalimat  penjelas  yang  sudah  bertanda
   kurung.

   Misalnya:

          Persamaan  kedua  proses  ini  (perbedaannya  dibicarakan  di  dalam  Bab  II  [lihat
          halaman 35-38] perlu dibentangkan.
L.   Tanda Petik ("?")

1.   Tanda  petik  mengapit  petikan  langsung  yang  berasal  dari  pembicaraan  daan  nskah  atau
   bahan tertulis lain.

   Misalnya:

          "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"

          Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah bahasa Indonesia."

2.   Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

   Misalnya:

          Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa dari Suatu Tempat.

          Karangan  Andi  Hakim  Nasoetion  yang  berjudul  "Rapor  dan  Nilai  Prestasi  di
          SMA" dimuat dalam majalah Tempo.

          Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.

3.   Tanda  petik mengapit istilah ilmiah  yang kurang dikenal  atau kata  yang mempunyai arti
   khusus.


   Misalnya:

          Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.

          Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".

4.   Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengahkiri petikan langsung.

   Misalnya:

          Kata Tono, "Saya juga minta satu."

5.   Tanda  baca  penutup  kalimat  atau  bagian  kalimat  ditempatkan  di  belakang  tanda  petik
   yang  mengapit  kata  atau  ungkapan  yang  dipakai  dengan  arti  khusus  pada  ujung  kalimat
   atau bagian kalimat.

   Misalnya:

          Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "si Hitam".

          Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
Catatan:

       Tanda  petik  pembuka  dan  tanda  petik  penutup  pada  pasangan  tanda  petik  itu
       ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
M. Tanda Petik Tunggal ('?')

1.   Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.

   Misalnya:

          Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"

          "Waktu  kubuka  pintu  depan,  kudengar  teriak  anakku,  'Ibu,  Bapak  pulang',  dan


          rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.

2.   Tanda  petik  tunggal  mengapit  makna,  terjemahan,  atau  penjelasan  kata  atau  ungkapan
   asing. (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J.)

   Misalnya:

          feed-back 'balikan'
N.  Tanda Garis Miring (/)

1.   Tanda  garis  miring  dipakai  dalam  nomor  surat  dan  nomormpada  alamat  dan  penandaan
   masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

   Misalnya:

          No. 7/PK/1973

          Jalan Kramat III/10

          tahun anggaran 1985/1986

2.   Tanda gris miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.

   Misalnya:
dikirimkan lewat

darat/laut

harganya Rp25,00/lembar
'dikirim lewt darat atau

 lewat laut'

'harganya Rp25,00 tiap lembar'
O.  Tanda Penyingkat atau Apostrof

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.

Misalnya:


Ali 'kan kusurati. ('kan = akan)

Malam 'lah tiba. ('lah = telah)

1 Januari '88. ('88 = 1988)


INDEKS
 Abjad 1, 34
 Akronim 19-21
 Akronim, 21
 Alamat 20, 22, 41, 43, 55
 Angka dan Lambang Bilangan 22
 Bagan 39
 Bentuk Ulang 10, 14
 Bilangan 40
 Catatan kaki 43
 Diftong 3, 4
 Gabungan kata 13-16
 HURUF 1
       Abjad 1
       Besar 6
       Kapital 6
       Konsonan 2-4
HURUF MIRING 6, 11, 12
Huruf Vokal 1, 3, 4
Ikhtisar 39
Ikhtisar, 39
Kata 3
Kata dasar 3, 13, 14
Kata depan 16
Kata Majemuk 15
Kata si dan sang 17
Kata turunan 5, 13
Koma 44
Kurung 51
Partikel 4, 17, 18
Pemenggalan Kata 3-5
Penyingkat (Apostrof) 1, 3, 45, 51
Petik 54
Petik tunggal 54
TANDA BACA 39, 53, 54
Tanda Elipsis 50
Tanda Garis Miring 55
Tanda Hubung 47-49
Tanda Koma 41-45
Tanda Kurung 51, 52
Tanda Kurung Siku 52
Tanda Penyingkat (Apostrof) 55
Tanda Petik 53
Tanda Petik Tunggal 54
Tanda Pisah 49, 50
Tanda Seru 40, 51
Tanda Tanya 51


Tanda Titik Dua 45, 46
Tanda Titik Koma 45
Titik 39-41
UNSUR SERAPAN 26, 35
Vokal 1

Tidak ada komentar: